Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Kartu ATM " bernama Freddy Budiman

5 Agustus 2016   18:53 Diperbarui: 5 Agustus 2016   19:24 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengakuan Freddy Budiman melalui Harris Azhar (koordinator Kontras) menimbulkan kontroversi.

Mengenai mengapa Harris membongkar sekarang, penulis rasa alasan yang disampaikan sudah cukup masuk akal :

  • Tentu melindungi keluarga Freddy adalah alasan utama (dengan menunggu Freddy dihukum mati, maka kesaksian berupa tidak langsung = keluarga Freddy aman)
  • Menunggu momentum juga jelas masuk akal, sebuah berita yang kehilangan momentum akan tenggelam dengan isu lainnya,dan jangan heran bila sekarangpun akan berusaha ditenggelamkan isunya.
  • Menungggu momentum Kapolri baru dan Jokowi posisi lebih kuat (DPR mendukung) juga masuk akal, sehingga solusi kedepan lebih mungkin terjadi. Lihat saja bagaimana sekarang Harris malah langsung dilaporkan kembali, jadi ini bukan perkara main-main yang bisa dicurhatkan sewaktu-waktu.

Mengenai bagaimana membuktikan, sangat mudah :

  • Pembuktian terbalik atas semua rekening dan harta pejabat terkait selama Freddy beroperasi.

Tanpa dibuktikanpun, keterlibatan oknum selama ini sudah terbukti dengan sendirinya melalui :

  • Bisnis narkoba yang dijalankan dari penjara, padahal solusinya tinggal pasang "jammer"/penghilang sinyal hape, sedetik kemudian tidak ada jual beli, tapi kenapa tidak dipasang-pasang?
  • Illegal fishing, yang meski terlihat tidak berhubungan, tetapi ribuan kapal pencuri "dibiarkan" berlalu lalang itu adalah bukti nyata bahwa selama ini laut tidak dijaga/justru ada "penjaga/beking"-nya = narkoba bebas keluar masuk

Anak SMU saja tahu, masih ingat Sonya di medan yang dengan sombong mengatakan dia anak pejabat? Sonya tidak seharusnya dibully, dia harusnya pahlawan, karena mengingatkan kita semua bahwa itulah cerminan pikiran masyarakat, ada beking = semua lancar.

Itu semua masa lalu...

Percuma kita mencari-cari kejadian masa lalu, lebih baik momentum ini dipergunakan untuk instropeksi dan membuat kebijakan bagaimana hal ini dapat dicegah kedepannya, contoh dengan :

  • Pengampunan massal untuk semua penegak hukum di negeri ini, seperti tax amnesty, biarlah semua mengakui kekayaan apa adanya sekarang juga, tanpa ditanya darimana asalnya, dan semua kasus sebelum ini diputihkan, alias tidak bisa diperkarakan.
  • Laporan Kekayaan Rutin dan Terbuka, serta Pembuktian Terbalik untuk semua penegak hukum dan institusi audit negara. Setelah pengampunan massal, maka semua penegak hukum (polisi, tentara, semua perangkat peradilan (hakim, jaksa, dll), bpk, kpk, ppatk, dst institusi yang berkaitan dengan penegakan hukum dan audit negara) wajib melaporkan kekayaan rutin dan dilakukan pembuktian terbalik terhadap rekening dan harta keluarga intinya (istri anak).
  • Untuk saudara terdekat (kandung, sepupu) dan karyawan dekat, meski tidak perlu pembuktian terbalik, tetapi tetap diawasi gaya hidup dan rekeningnya.
  • Pengacara  masuk sebagai perangkat penegak hukum yang harus melaporkan kekayaan dan melakukan pembuktian terbalik, karena merekalah "perantara" dari semua kasus korupsi di penegakan hukum.
  • Gaji yang tinggi untuk semua penegak hukum, mereka pantas mendapatkannya, karena hukum adalah panglima tertinggi sebuah negara. (jangan lupa hapus sinetron bergaya hidup  mewah, percuma gaji tinggi kalau mental kita harus beli bmw, punya 5 rumah mewah dan 10 bini, hehe).

Sangat mudah untuk mengetahui apakah yang diceritakan Harris itu benar adanya/tidak, kita dapat melihat dari respon yang ada :

  • Respon yang semakin defensif = semakin benar, titik tanpa koma.
  • Apakah ada kebijakan baru (pembuktian terbalik dll) untuk mencegah kedepannya, bila tetap tidak ada = cerita Harris benar dan pola yang sama tetap ingin dipertahankan.

Kita semua berharap pada Pak Jokowi dan Kapolri untuk memberikan respon yang benar, meski kita tidak bisa mencegah 100%, tetapi setiap persentase hasil dari kebijakan pencegahan, mewakili ribuan nyawa generasi muda bangsa ini.

#Fridayideas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun