Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kabut Asap = Pertaruhan Citra Jokowi

7 September 2015   13:20 Diperbarui: 7 September 2015   13:20 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kebakaran Hutan - sumber gambar : kriminalitas.com"][/caption]

Bencana kabut asap di daerah Sumatera dan Kalimantan sudah semakin menkuatirkan dan berbahaya bagi kesehatan rakyat di daerah tersebut. Hal ini sudah terjadi selama bertahun-tahun tanpa ada solusi konkrit bagaimana supaya kejadian tidak terulang lagi. Pemerintah hanya bisa memadamkan api setelah kebakaran terjadi, bukan mencegah kejadian. Itupun selalu terlambat sehingga sudah dalam kondisi sulit dipadamkan..

Entah apa yang dikerjakan para gubernur dan bupati di tempat, tapi karena ini sudah terjadi bertahun-tahun meski gubernur dan bupati, multi gubernur dan multi bupati, bahkan presidennya berganti, maka bisa disimpulkan ini masalahnya persis seperti dwelling time. Sudah kronis dan semua terlibat !

Bahkan Jokowipun sudah mewanti-wanti sejak november 2014 kemarin tentang asap ini, tetapi tetap saja terulang di tahun 2015 dan makin parah. Artinya memang persis sekali dengan dwelling time, diwanti-wanti percuma, harus diobok2 dan dibawa ke penjara semua yang membakar hutan, cabut semua izin dan denda sebesar2nya = polisi harus masuk, kalo perlu menteri kehutanan pindah aja ke kemenko maritim rizal ramli, hahaha...

Sungguh miris melihat yang berkuasa tidak berdaya, artikel koran kompas hari inipun membuat opini tentang kekuasaan tanpa kuasa. Artikel tersebut membahas Jokowi tentunya, yang berkuasa tapi seperti tidak berkuasa karena kebingungan menyeimbangkan tarik menarik kepentingan di sekitarnya.

Tapi penulis artikel tersebut harus objektif juga, memang Jokowi unik karena bukan ketum partai dan orang yang benar-benar baru di perpolitikan indonesia, sangat beda dengan presiden2 sebelumnya. Jokowi bisa menyeimbangkan berbagai kepentingan/tidak, kita lihat nanti hasilnya 2-3tahun lagi..

Lha kalau presiden sebelumnya yang sudah jenderal bintang 4 saja berkuasa tetap tidak bisa menghilangkan asap dan tetap berulang selama 10 tahun, memangnya penulis tersebut ingin jenderal bintang berapa lagi baru cukup? bintang 10 cukupkah? hahaha.. itu ironi politik yang beda lagi, harus diakui bahwa terlalu banyak kepentingan di indonesia ini, siapapun presidennya.

Kemarin Jokowi sudah datang ke lokasi, menerobos hutan yang hangus = kurang lebih setara aksinya dengan marah2 di priok. Kita tunggu saja aksi nyata jajaran di bawahnya dan hasilnya nanti bagaimana.

Karena bencana kabut asap ini sangat massive meliputi wilayah sumatera dan kalimantan yang sangat luas dampaknya langsung di hidung masing-masing rakyat,

Maka bila padam dan tidak berulang lagi hingga 2019, maka bisa dipastikan, tanpa perlu kampanye apapun di sumatera dan kalimantan lagi, secara otomatis rakyat hanya perlu diingatkan 1 kata saja : ASAP, maka semua akan teringat bagaimana mereka telah terbebas dari asap yang telah membelenggu selama bertahun2 dan dengan mudah memilih Jokowi.

Bila padam tapi tetap berulang di tahun2 depannya lagi, maka pihak lawan pun akan bersorak sorai, mereka juga tidak perlu kampanye lagi untuk menang di sumatera dan kalimantan di tahun 2019, cukup 1 kata ASAP saja... hahaha...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun