Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hikmah dari Kasus Mario Teguh

16 September 2016   20:44 Diperbarui: 16 September 2016   21:33 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nila setitik rusak susu sebelanga, pepatah tersebut menggambarkan kasus yang menimpa MT. Betapa tidak, gambaran pria super baik, setia dan sayang keluarga, tiba-tiba runtuh seketika saat anak yang "katanya" tidak diakui muncul baik di sosmed maupun puncaknya di televisi.

Penulis tidak ingin menganalisa detil kasus, dari video Kiswinar, MT dan Kumkum, dapat disimpulkan kedua belah pihak bermasalah, baik dari sisi Aryani yang "katanya"" menolak test DNA sejak kecil, maupun MT yang putus hubungan dengan keluarga besar.

Biarlah mereka menyelesaikan secara internal, dan semoga saja hasilnya damai bagi kedua belah pihak.

Yang menarik untuk direnungkan disini adalah respon Netizen yang bisa dikatakan sangat "ganas" dan cenderung membully, kenapa demikian, siapa yang membully MT dan keluarga?

  • Karena tema motivasi MT adalah percintaan dan kasusnya juga tentang percintaan, maka semua yang selama ini diajarkan/ditunjukkan ke media, terbalik dan runtuh seketika, beda bila tema motivasi bisnis lalu kena masalah percintaan.
  • Pangsa pasar MT adalah anak muda, postingan anak muda setiap harinya memang sudah galau, ditambah dengan kasus idola yang tiba2 gambarannya rusak, dijamin salam super galau.
  • Bapak-bapak dan kaum lelaki yang selama ini merasa dibanding-bandingkan dengan MT, mereka jenuh mendengar kata "tuh denger kata MT", "tuh liat acara MT" oleh pasangan/ibu2, dijamin mereka seperti ketiban durian runtuh, mereka berlomba-lomba melontarkan hujatan dan makian sebagai penegasan dan "pengakuan dosa" bahwa "tidak ada pria yang sempurna"
  • Ibu-ibu yang seperti kita tahu realita di lapangan adalah banyak yang dimadu, ditinggalkan oleh suami tanpa nafkah, dst. Mereka menghujat MT seperti telah menemukan "boneka untuk dilempari tomat" sebagai pengganti kekesalan kepada ex-suami.

Nah sekarang kita menjadi maklum bila hujatan tersebut menjadi-jadi, hal ini bukan karena ekspektasi yang berlebihan terhadap MT, kecewa tidak akan berubah menjadi menghujat dalam sekejap, orang-orang yang kecewa hanya meninggalkan dan malah sebagian tetap percaya dan memberi dukungan.

Kemarahan pada MT sebenarnya mewakili kemarahan terpendam kita sendiri atas tuntutan dunia supaya hidup kita sempurna, ini adalah jeritan terselubung bahwa : tuh liat MT aja ga sempurna, hidup itu tidak semudah omongannya MT = jangan berharap saya juga sempurna, hidup itu berat bro!

MT menjadi refleksi atas kehidupan kita yang tidak sempurna dan penuh liku, kita iri dan marah atas kehidupan orang lain yang terlihat mudah dan menyenangkan, begitu kita tahu kenyataannya tidak seperti itu, maka kita menjadi lega.

Hikmah yang kita dapatkan :

  • Semua orang/keluarga memiliki kesulitan dan permasalahan masing-masing, tidak perlu membanding-bandingkan sehingga menjadi iri, sedih, marah atau malah gembira.
  • Tidak sempurna bukan berarti menyerah, yang penting adalah pertanyaan apakah usaha kita sudah maksimal untuk memperbaikinya? Kalau sudah, maka itulah "kesempurnaan" kita masing-masing.
  • Manusia cenderung melihat 1 kesalahan daripada 1000 kebaikan, itulah nature manusia, karena itu pikir-pikirlah 1000 kali sebelum melakukan 1 hal yang aneh2, karena sekali reputasi hancur, harus dibangun kembali dengan ribuan kebaikan, dari awal!

Dont judge a book by a cover sering diartinya hanya untuk covernya jelek dalamnya baik, padahal dia juga berlaku untuk yang covernya baik dalamnya jelek, dari luar terlihat harmonis, tapi di rumah jadi "tom and jerry", dari luar terlihat manis padahal di rumah suka marah, terlihat kaya padahal hutangnya banyak, dari luar terlihat setia ternyata beristri lima, dst.

Bersyukurlah atas semua yang ada pada kita sekarang, sambil tetap berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, bukan dibandingkan orang lain/kehidupannya, tetapi dibandingkan diri dan kondisi kita kemarin.

Nah sekarang semakin banyak yang tiba-tiba menjadi bijak efek dari kasus MT bukan? Artinya hidup dia bener2 sukses tuh, ada kasuspun, tetap "melahirkan" banyak motivator2 dadakan, hahaha...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun