Trilogi Penyebab Ketimpangan Mayoritas dan Minoritas di Indonesia - Bagian 1
Pernyataan Pak JK tentang ketimpangan mayoritas dan minoritas menjadi viral di Internet, karena dihubungkan dengan ras dan agama, ditengah situasi intoleransi yang kurang kondusif akhir-akhir ini.
Daripada berdebat dan denial, ada baiknya kita membuka pikiran untuk membahas dan mencari solusi.
Harus diakui ketimpangan itu ada, tanpa perlu statistik njelimet seperti gini ratio dll yang memang meningkat sejak zaman reformasi, kita dapat dengan mudah melihat ketimpangan tersebut secara fisik bangunan maupun gaya hidup, khususnya di perkotaan.
Mengakui fakta ini adalah langkah pertama untuk sadar dan memperbaiki diri.
Sekarang kita masuk ke analisa penyebab dan solusi. Ada 3 penyebab utama, kita beri judul saja Trilogi agar lebih menarik, mudah diingat dan semoga membuka diskusi untuk solusi lebih lanjut.
1. Gaya Hidup Banyak Istri = Banyak Anak = Kekayaan Terbagi
Tanpa bermaksud menganalisa salah/benarnya sebuah tindakan, adalah fakta bahwa kaum “Mayoritas” LEBIH banyak yang mempunyai istri lebih dari satu, baik sah, tidak sah, maupun kawin cerai, terutama yang tinggal di pedesaan, daripada kaum “Minoritas”.
Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, dari keyakinan, tingkat pendidikan hingga gaya hidup turun menurun atau lingkungan sekitar.
Logikanya sederhana saja, bila 1 istri mempunyai 2 orang anak, maka 2 istri = 4 orang anak.
Bila kaum “Mayoritas” dan kaum “Minoritas” mendapatkan gaji sama 3 juta/bulan, yang satu digunakan untuk 7 orang, yang lainnya hanya digunakan untuk 3 orang.