Turut gembira melihat Kemenkes sudah mengambil inisiatif untuk mengkampanyekan bahaya merokok, tetapi sayangnya tetap saja strategi yang digunakan adalah strategi lama dengan
mengumbar penyakit2 akibat rokok bagi perokok aktif.
Strategi itu sudah terbukti tidak berhasil dan tidak akan pernah berhasil!
Kenapa? Karena merokok ada candunya, mereka lebih baik mati daripada tidak merokok, jadi mau dikampanyekan kena 10 sakit kanker sekaliguspun, mereka tetap akan merokok!
Apalagi di Indonesia, dengan tingkat pendidikan yang masih rendah dan kemiskinan merajalela, mati justru suatu keuntungan bagi perokok yang merasa tidak ada harapan hidup lagi.
Lalu kampanye bahaya merokoknya harus bagaimana?
Sebaiknya dicoba pendekatan berbeda, yaitu dari segi kemiskinan dan kerugian materiil (uang) yang ditimbulkan.
Orang sekarang lebih sensitif bila dikaitkan dengan uang dan nasib anak2.
Contoh :
1. Kampanyakan berapa uang yang perokok bakar setiap harinya, bila dibelikan susu dapat berapa, bila ditabung bisa untuk anak kuliah, dst.
2. Kampanyekan perokok sudah merusak masa depan anak-anak mereka dengan membakar "uang" untuk masa depan mereka