Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kejanggalan dan Tanggapan atas Surat Keluarga Dokter Vaksin Palsu

17 Juli 2016   11:25 Diperbarui: 20 Juli 2016   06:38 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang dokter anak di RS Harapan Bunda menjadi bulan-bulanan media dan masyarakat karena terbukti memberikan vaksin palsu ke pasien-pasiennya, keluargapun merasa tidak terima karena merasa dijadikan tumbal, padahal yang melakukan hal tersebut bukan hanya dia seorang, tapi hampir semua dokter disana (dan diluar sana? Hahaha).

Surat dari keluarga bisa dibaca disini: http://news.detik.com/berita/3255001/keluarga-dr-indra-tak-tahu-vaksin-itu-palsu-diberikan-juga-ke-anak-cucu?_ga=1.218546329.1028557758.1467512315

Saat membaca surat pembelaan dari keluarga tersebut, salah satu komentator detik.com menyebutkan dengan baik bahwa surat itu penuh kejanggalan, bahkan penuh pengakuan kesalahan sendiri. Penasaran? Berikut ini kejanggalan-kejanggalan yang ada :

1. Penyebutan kata Anak-Cucu juga ikut mendapatkan vaksin palsu karena beliau tidak tahu

Anak-cucu? Berapa usia anak beliau kok bisa seumuran dengan cucunya? Padahal beliau mengaku baru membeli vaksin dari jalur tidak resmi di tahun 2016 = mengakui secara tidak langsung bahwa praktek membeli di sales (jalur tidak resmi) sudah berlangsung puluhan tahun sejak anaknya masih bayi? Meski ada kemungkinan mereka seumuran, tetap tidak ada bukti apa yang disuntikkan ke anak cucunya.

2. Selisih harga 6 juta yang dibagikan ke para suster dan cleaning service. Lha piye toh bu, kok malah ngaku kalo suaminya tahu ada selisih harga 6 juta dan dibagi-bagikan, bukankah itu definisi korupsi? Hahaha

3. Dokter meminta sales bersumpah bahwa itu asli. Wkwkwk, lelucon apa ini? Artinya dokter tersebut mengakui bahwa dia tahu ini bukan jalur distribusi resmi, dan dia mempunyai keraguan bahwa yang dijual asli/palsu sejak awal! Untuk apa minta orang bersumpah kalau yakin asli?

4. Kenapa dokter yang bertemu sales dan jual beli obat? Bukankah itu tugas RS dan Apotek? Seandainya stok obat habis/langka dan ada sales datang menggoda, kenapa sales tersebut tidak diarahkan untuk jual beli dengan RS/Apoteknya?

5. Solusi penelitian 30 by seven. Oh My God, seperti itukah dokter-dokter di Indonesia diajarkan untuk memperlakukan pasiennya? Pasien dianggap angka? Jika 70% anak imun, maka biarkan saja yang 30% lainnya? Bertobatlah hai dokter-dokter, kami manusia, bukan angka dan boneka!

Penulis bersimpati terhadap keluarga, karena betul apa kata mereka, dokter tersebut hanya menjadi tumbal, persis sindikat narkoba/jaringan koruptor, bila ada yang tertangkap, maka segera putus mata rantai, korbankan 1 orang, dan selamatkan yang lain.

Kemana IDI dan IDAI selama 13 tahun kasus vaksin palsu beredar? Yang ada sekretarisnya malah sibuk memposting di fb bahwa kasus vaksin palsu pengalihan isu kasus korupsi DKI Jakarta, jadi maksud dokter-dokter itu, nyawa anak2 tersebut lebih kecil dibandingkan kasus reklamasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun