Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Neraka "Brexit" (Brebes Exit) dan Solusinya

8 Juli 2016   10:47 Diperbarui: 9 Juli 2016   17:02 2676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brebes Exit, sumber gambar : kompas.com

1. Batasi kendaraan yang masuk jalan tol Cikampek

Bila pesawat, kapal laut, kereta api, bus, kita harus membeli tiket online jauh hari, maka berlakukan hal yang sama pada jalan tol = beli tiket online yang terbatas jumlahnya untuk masuk jalan tol jalur mudik. Bila kapasitas jalan tol dan pintu exit misalnya hanya 1 juta kendaraan/hari, maka jual tiket sesuai kapasitas. Tiket bisa dibagi tanggal dan jam keberangkatan, maupun periode pagi-siang-sore, supaya volume terbagi rata dan terprediksi.

Volume kendaraan yang terprediksi adalah kata kunci disini,sehingga tidak ada lagi alasan karena lonjakan tiba-tiba yang tidak terprediksi. Bagi yang tidak punya tiket mudik, dialihkan ke pantura/jalur biasa.

Solusi ini berbeda dengan yang diusulkan banyak orang untuk nomor ganjil genap dll, karena tanpa penjualan tiket terbatas jauh hari sebelumnya = tidak akan pernah bisa memberikan prediksi jumlah/volume mobil.

2. Sterilkan Jalur Tol Mudik hanya untuk keperluan mudik pada periode h-7 dan h+7

  • Hanya bisa masuk tol jalur mudik dengan tiket di poin 1
  • Semua kebutuhan perjalanan dekat dll silakan menggunakan jalur jalan biasa
  • Bila memaksa masuk tol jalur mudik tanpa tiket mudik dan kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk dipaksa putar balik, maka harus membayar tiket mudik + denda berlipat

3. Melancarkan transaksi/pengecekan tiket di pintu tol

  • Dengan sistem tiket terbatas di poin 1, maka pintu tol yang dilalui semua kendaraan saat mudik hanya 1, saat masuk saja untuk validasi barcode tiket yang sudah dibeli sebelumnya.
  • Sistem scan barcode menghilangkan transaksi tunai semaksimal mungkin, hanya yang tidak punya tiket dan tidak bisa putar balik yang tetap tunai.
  • Samakan nilai tiket tunai + denda dengan nominal yang bulat, misalnya Rp 100.000, Rp 200.000, dst sehingga tidak perlu uang kembalian.
  • Jemput bola, setiap pintu tol bila ditambah 10 petugas bersepatu roda misalnya untuk membantu validasi tiket/menerima pembayaran denda = kecepatan transaksi berlipat ganda.

Sekali lagi kuncinya sangat sederhana = jual tiket tol terbatas sesuai kapasitas tol jalur mudik dan pintu exitnya. Ibarat rumah makan berkapasitas 100orang, tidak mungkin dimasuki 10ribu orang pada saat bersamaan bukan? Karena tol adalah jalur tertutup, sudah masuk sulit keluar, beda dengan pantura atau jalur biasa.

Dengan sistem tiket jumlah terbatas, pengendara jadi tahu bahwa volume tol sudah maksimal saat dia kehabisan tiket online,maka dia akan mencari alternatif kendaraan umum lain (pesawat, kereta dll), maupun mengambil jalur pantura/biasa.

Secara teori, bila dulu kita bisa mudik lewat pantura tanpa terjadi apa-apa, macet memang, tetapi terkendali karena banyak "jalan tikus" atau jalur alternatif, makanan, posko kesehatan dan bensin berlimpah di kanan kiri.

Kenapa sekarang ditambah jalan tol = 2x kapasitas jalur lama = malah macet parah? Karena selain volume kendaraan semakin bertambah setiap tahunnya, juga tidak ada yang bertanggung jawab membagi volume kendaraan dengan jalur biasa/pantura!

Semua ingin instant, semua ingin mulus, semua ingin tol...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun