- mengatur tarif standar, sehingga terjadi persaingan sehat, bukan bersaing dengan harga subsidi/gila2an pemodal asing.
Bila memang sistem taxi konvensional memberatkan pekerja/supir taxi, atau layanan kurang memuaskan, maka evaluasi dan perbaiki, tetapi bukan dimatikan profesinya dan pasar malah diserahkan ke kalangan ekonomi menengah, pemilik mobil.
Ini jelas beda kasus dengan gojek, dimana ojek pangkalan sudah punya motor dan tinggal daftar saja ke gojek dkk. Heran juga ngapain gojek hari ini ikut rusuh dimana-mana, padahal grabbike baik-baik saja??
Belum lagi beberapa pejabat yang sudah ribut duluan mau cabut izin taxi anarkis, bukankah yang ojek online juga terbukti anarkis? Kenapa diam dan malah dibela mati-matian? Cabut saja izin keduanya.
Benarkah yang dikatakan bluebird bahwa ada provokasi dan propaganda untuk mematikan profesi supir taxi konvensional? Aah entahlah, sekarang apapun bisa terjadi, yang pasti disaat pemerintah tidak bisa menjaga supply dan demand pada industri apapun itu, maka akan ada pihak yang mati, dan kita harus memilih siapa yang harus mati.
Tergantung pemerintah, mau memilih profesi pekerja supir taxi yang notabene rakyat kecil mati, atau mau memilih teknologi, investor asing dan kalangan menengah yang diatur supaya rukun dengan supir taxi konvensional
Kebebasan itu ada batasnya dan harus dibatasi, jangan berlindung pada kata teknologi, globalisasi dll lalu semuanya dibuka tanpa batas, apalagi dengan kondisi pendidikan, kesehatan, ekonomi kita yang sebagian besar masih mengenaskan.
Coba saja rupiah dan bursa saham dibuka tanpa batasan peraturan apapun, hanya perlu 24 jam bagi pemodal seperti Soros dkk (bila mereka mau/usil) untuk memporakporandakan semuanya, dan kitapun hilang dalam peta... itulah realita.
Â
Salam Kompasiana
Â