[caption caption="Demo Taxi, sumber gambar : sindonews.com"][/caption]Demo taxi hari ini di Jakarta bukan satu-satunya, karena ternyata di seluruh dunia, supir taxi konvensional juga melakukan demo menentang taxi uber dkk.
Kenapa? Ini jelas bukan hanya masalah aplikasi online, karena kedepan semua bisnis pasti harus beradaptasi dan menggunakan aplikasi online, tetapi ini masalah supply yang berlebihan.
Ya, masalah berebut nasi!Â
Hukum supply and demand berlaku disini (penawaran vs permintaan). Dengan adanya sistem supir taxi "crowd/keroyokan", secara tiba2 muncul ribuan supir taxi liar = supply berlebihan yang "merampas" pelanggan taxi konvensional.
Dan lebih parahnya, jumlah supir taxi liar ini bisa tidak terbatas! Karena apa? karena bisa siapa saja, dimana saja, kapan saja alias partimer.
Suatu profesi/pekerjaan tiba2 mendapat pasokan pesaing dengan jumlah tidak terbatas, jelas kolaps. Katakanlah tiba2 ada 50 juta ton beras dari Vietnam, apa ga gulung tikar semua tuh petani kita? Sama halnya produk2 import lainnya, saat supply berlebihan dengan harga murah, maka saat itu juga akan ada pihak yang mati.
Oleh karena itu pemerintah dan kita semua harus bijak, bagaimanapun supir taxi yang ada sekarang adalah rakyat yang tidak/belum memiliki mobil, mereka tidak bisa pindah ke uber dll, seperti ojek pangkalan yang dengan mudah pindah ke gojek dkk.
Bila kita membela taxi "crowd driver/keroyokan", artinya kita membela orang2 kelas menengah pemilik mobil yang menjadi operator uber dkk = mematikan lapangan kerja supir taxi konvensional yang sebagian besar hanya pekerja/rakyat kecil.
Kecuali pemerintah mau ngasih modal ribuan mobil ke para supir tersebut, hahaha
Supply tidak bisa dibuka bebas tidak terbatas seperti itu, karena pasti 100% yang konvensional mati karena kelebihan supply (kelebihan supir yang menawarkan jasanya). Harus ada batasan, misalnya dengan
-mensyaratkan supir aplikasi online harus terdaftar dan fulltimer, sehingga bisa didata dan pemerintah bisa mengawasi jumlahnya supaya tidak membludak dan membuat supply demand kacau.