Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perhimpunan Psikiater: LGBT Punya Masalah Kejiwaan

23 Februari 2016   13:11 Diperbarui: 23 Februari 2016   15:18 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="LGBT Masalah Kejiwaan, sumber gambar : Peran Keluarga Untuk Penyembuhan Masalah Jiwa | Griya Terapi Jiwa terapipemulihanjiwadijogja.wordpress.com"][/caption]Polemik perbedaan pendapat antar psikiater mencuat mengenai LGBT, di tvONE acara ILC 16 Februari 2016, 1 orang psikolog dan 2 orang psikiater setuju bahwa LGBT mempunyai masalah kejiwaan, ditambah Ketua Umum PP PDSKJI (perhimpunan dokter jiwa) Danardi Sosrosumihardjo pun telah mengeluarkan press conference resmi bahwa LGB memiliki masalah kejiwaan, sedangkan T (transgender) masuk gangguan jiwa. (Baca: Dokter Jiwa Indonesia: Kaum Homoseks Adalah Orang dengan Masalah Kejiwaan)

Perbedaan itu terlihat jelas di kompasiana, karena seorang psikiater yang juga kompasianers menulis artikel "Homoseksual dan Biseksual bukan gangguan jiwa" dengan rujukan buku panduan diagnosa. Seandainya tertulis di buku panduan seperti itupun, sangat tidak bijak menulis artikel seperti itu, karena apa?

1. Berdasarkan Panduan Diagnosa

Sungguh dangkal, karena bukannya buku panduan diagnosa itu buatan manusia yang diupdate secara berkala? Apa tidak mungkin suatu saat nanti berubah bila ada bukti baru dst? Bisa menjamin 100% tidak akan berubah selamanya?

Bila berubah, lalu bagaimana dengan orang2 yang sudah tersesat dan akan tersesat di kemudian hari dengan artikel yang salah? (karena artikel di kompasiana abadi selain dihapus penulis/admin). Harusnya judulnya setidaknya ada kata "sementara ini belum terbukti".

2. Siapa yang Membuat Panduan Diagnosa

Selain yang membuat manusia, yang pasti direvisi dan diupdate berkala (artinya artikel maupun statement itu hanya bersifat sementara), juga perlu kita pahami siapa yang menyusun panduan tersebut. Bukankah kiblat dunia kedokteran kita hanya mengikuti saja apa yang diajarkan di negara maju? Benarkah kita sudah bisa meneliti dan membuat panduan sendiri?

Jadi kalau yang membuat psikiater USA, ya jelas aja mereka bilang LGBT bukan gangguan jiwa, beda lagi kalau yang membuat psikiater Rusia, dst, negara2 yang menolak LGBT.

3. Efek samping Pernyataan/Berita

Isu ini masih menjadi perdebatan di kalangan dokter sendiri. Isu yang masih menjadi perdebatan tidak layak ditulis/dinyatakan secara terbuka. Kedua kubu salah, tetapi kubu yang menyatakan LGBT bukan gangguan jiwa menyebabkan efek samping yang jauh merugikan. Kenapa, karena pernyataan ini telah dan akan disebar kemana-mana dan membuat para LGBT sama sekali tidak mau disembuhkan, dan pernyataan ini seakan membenarkan bahwa perilaku LGBT itu normal.

Sebab Akibat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun