Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kabut Asap Buah Karma Jokowi?

28 Oktober 2015   13:07 Diperbarui: 28 Oktober 2015   13:20 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah kalo definisinya seperti itu, sekarang yang sengsara siapa? jutaan rakyat yang sesak bukan? nah loh.. jadi kebalik, mari bercermin, kita salah apa sampai kena hukuman dari Tuhan seperti ini?

Siapa tahu ini adalah hukuman karena sudah 1 tahun terus membully presidennya? hahaha... patut distudy lebih lanjut tuh, apakah provinsi yang kena kabut asap adalah wilayah/ basis tinggalnya para haters... hehehe...

Just kidding..

Kabut asap ini bukan salah para haters, bukan salah Jokowi, bukan salah pengusaha, bukan salah rakyat setempat, tapi salah gabungan, salah kita semuaaaaa!

Lho kok salah kita semua?

1. Budaya EGP alias emang gue pikirin?

Kabut asap ini sudah berulang selama 18 tahun, tetapi tetap saja tidak ada solusi, artinya apa? artinya rakyat setempat, pemerintah setempat dan pusat selama ini diam saja tidak peduli, menunggu hujan memadamkan setiap tahun. Dan selama ini hoki besar, karena tidak ada elnino separah tahun ini.

2. 18 tahun kanal blocking tidak dibangun

Kenapa selama 18 tahun tidak ada ide dan usaha untuk membangun canal blocking? dan sekarang semua menjerit supaya Jokowi menyelesaikan dalam hitungan hari/bulan? Memangnya Jokowi punya pasukan jin yang bisa bangun candi dalam semalam? hahaha..

3. Pengusaha dan Rakyat Setempat berlomba membakar hutan

Fakta mencengangkan, bahwa membakar hutan adalah budaya masyarakat setempat karena tingkat keekomisannya tinggi, bukan pengusaha saja, dan bahkan bisa mencapai 30-40% sendiri dari total kebakaran hutan ini. So jangan maling teriak maling deh, sesama maling jangan saling mendahului donk... mari sama2 ngaku dan bertobat...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun