[caption caption="Ahmed Zaki Iskandar, Balon Ketum Golkar pada Munaslub 2016 (Foto milik RadarBanten.co.id)"][/caption]Siapakah Ahmed Zaki Iskandar yang akhir-akhir ini mendeklarasikan diri maju sebagai bakal calon ketua umum (balon ketum) Golkar? Zaki, begitu biasa dia dipanggil adalah Bupati Tangerang periode 2013-2018, melanjutkan kepemimpinan ayahnya; Ismet Iskandar yang sudah menjabat posisi tersebut selama 2 periode. Sebelum memenangkan pilkada berpasangan dengan pejabat karir yang sudah uzur; Hermansyah, Zaki adalah anggota DPR RI 2009-2014 dari dapil Banten III (kota Tangerang, kabupaten Tangerang dan kota Tangerang Selatan) dengan raihan 54.121 suara. Saat menjadi anggota DPR dia baru berusia 36 tahun dan saat menjabat bupati baru memasuki usia 40 tahun.
Tapi, menurut saya pribadi Zaki bukanlah pemimpin muda alami namun dibentuk untuk melanjutkan dinasti yang telah dibangun mulus oleh ayahnya. Laki-laki lulusan Victoria University-Australia tahun 1998 ini bisa jadi bupati berbekal tingginya popularitas ayahnya saat itu dan jadi ketua DPD II Tangerang melanjutkan tahta ayahnya. Jadi, apa yang disampaikannya di depan publik dan diliput banyak media massa bukanlah keinginan yang datang dari hati. Namun, sekedar mencari popularitas dan meningkatkan citra diri sebagai pemimpin muda dengan memanfaatkan momentum Munaslub partai Golkar. Tidak lebih dari itu!
Karena, selama hampir 4 tahun memimpin kabupaten Tangerang tak banyak perubahan signifikan yang diperbuatnya. Saat musdalub DPD I Banten yang lalu pun Zaki enggan berhadapan dengan Ratu Tatu dan lebih memilih Tubagus Iman Ariadi untuk maju. Sementara pilkada serentak episode 2 pada Februari 2017 tahun depan, Tangerang termasuk didalamnya.
Sementara Zaki belum punya modal apapun untuk dijual kepada para pemilihnya. Maka, dengan jeli Zaki melihat kesempatan mengangkat pamornya lewat pengajuan dirinya menjadi caketum Golkar dan meminta restu kepada Aburizal Bakrie (ARB). Selebihnya, tidak ada sosialisasi dirinya kepada para pemilik hak suara, meskipun hanya para ketua DPD II tetangga-tetangganya di Banten.
Kejelian Zaki memanfaatkan momentum ini cukup diacungi jempol, karena hampir semua media massa melihat isu Munaslub dan profil para caketum yang mencalonkan diri sebagai berita yang sangat seksi untuk diangkat ke media mereka, baik cetak, elektronik maupun online. Namun, seiring berjalannya waktu, media dan juga para seniornya di Golkar melihat bahwa keinginan Zaki ini jauh api dari panggang, jauh dari kenyataan. Dia hanya butuh peliputan sensasional terhadap dirinya dengan mendompleng isu Munaslub.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H