Belum juga diputuskan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar akan digelar kapan dan dimana, tapi persaingan antara calon ketua umum (caketum) semakin memanas. Yang paling jelas terlihat, antara Ade Komarudin (Akom) dan Setya Novanto (Setnov). Mereka “jotos-jotosan” mempertontonkan friksi yang cukup dalam diantara keduanya hingga menular kepada tim sukses mereka. Padahal Golkar baru saja reda dari konflik berkepanjangan antara Aburizal Bakrie (ARB) dan Agung Laksono (AL), kader-kader akar rumput sudah lelah melihatnya. Kini, mereka kembali disuguhkan teladan buruk dari 2 caketumnya; Akom dan Setnov.
Semua diawali dari menguatnya posisi tawar Setnov sebagai ketua DPR sebelum terimbas kasus “Papa Minta Saham”. Para loyalisnya, seperti Kahar Muzakkir dan Ridwan Bae tak mampu berbuat banyak membantunya di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Dan akhirnya, didorong loyalis Akom macam Bambang Soesatyo (Bamsoet) dan opini publik yang semakin negatif tentang dirinya, Setnov tak kuasa mempertahankan kursinya. Setnov terpaksa mundur dari kursi DPR, apalagi wakil presiden (wapres) Jusuf Kalla (JK) yang dikabarkan menyokong Akom sebagai penggantinya juga terus-menerus meminta Setnov legowo. Dan seperti telah diduga Akom mendapat posisi ketua DPR secara gratis. Meski sempat diprotes kubu Agung Laksono, Akom resmi dilantik.
Sebagai bargaining, Setnov ditempatkan kembali di posisinya semula sebagai ketua Fraksi Partai Golkar (FPG). Disinilah dimulai “balas dendam” itu, Setnov merotasi FPG dan menggeser loyalis Akom dari posisi-posisi strategis. Bamsoet digeser dari sekretaris FPG digantikan Azis Syamsuddin. Sementara ketua Badan Anggaran (Banggar) Ahmadi Noor Supit diganti Kahar Muzakkir. Aksi ini membuat Bamsoet, loyalis Akom berang dan menjuluki Setnov “Papa Ngibul Lagi” dan “Papa Nggak Sabaran”. Situasi FPG pun memanas kembali dan kembali terpecah 2 kubu. Apalagi, sekitar 45 dari 91 anggota FPG adalah kader SOKSI yang dikomandoi Akom.
Berikutnya, ketika Ridwan Bae mempertanyakan integritas Akom karena tetap maju sebagai caketum Golkar. Padahal sebelumnya sudah menandatangani pakta integritas takkan maju bila menjabat ketua DPR, agar fokus memperbaiki kinerja lembaga yang dipimpinnya. Ridwan mempertanyakan konsistensi pernyataan Akom, tapi loyalis Akom, Bamsoet langsung meradang dan menyebut kompatriotnya di FPG itu sebagai sontoloyo! Belum lagi loyalis Akom lain, Indra J Piliang (IJP) membuat kultwit untuk mem-bully Ridwan Bae di sosial media (sosmed). Ahmadi Noor Supit, loyalis Akom lain balik mengkritisi Setnov. Jangan Cuma Akom yang diminta mundur dari posisi ketua DPR, Setnov juga harus mundur dari statusnya sebagai pengusaha. Karena bila nanti jadi ketum Golkar akan terjadi abuse of power.
Tak lama berselang muncul isu gratifikasi pesawat jet pribadi Akom yang diduga dari seorang pengusaha tambang di Kalimantan. Jet pribadi tersebut ditengarai digunakan Akom untuk sosialisasi ke daerah-daerah. Foto-foto tim sukses Akom naik jet pribadi beredar di sosmed dan berujung pada pengaduan Adnan, aktivis LSM ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Bamsoet membantah isu yang berkembang dan mengklaim jet pribadi itu miliknya, meskipun tak tercantum dalam LHKPN yang diserahkannya. Baladhika, organisasi kepemudaan dibawah SOKSI yang dipimpin Akom juga melaporkan Adnan ke polisi karena dianggap mencemarkan nama baik.
Perselisihan yang cenderung memanas dari hari ke hari antara Akom dan Setnov menarik disimak, karena dulu keduanya adalah sesama loyalis ARB. Keduanya menyokong penuh ARB saat munas Bali 2014. Tapi kini, demi memperebutkan posisi ketua umum mereka seakan-akan menghalalkan segala cara, mempertontonkan sikap yang tak layak diteladani. Bahkan di beberapa daerah sudah muncul sikap antipati kader akar rumput terhadap keduanya sebagai dampak buruk “jotos-jotosan” ini. Mereka jenuh dengan perpecahan ARB-AL, kini disuguhkan perselisihan Akom-Setnov sejak awal. Mereka mulai meminta para pimpinan DPD I dan DPD II berpikir jernih mencari caketum yang benar-benar dapat mempersatukan Golkar, bukan justru kembali terpecah belah. Semoga Akom, Setnov dan para caketum bisa memberikan teladan yang baik sebagai kader-kader terbaik Golkar. Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H