Mohon tunggu...
Achmad Annama
Achmad Annama Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suami Dokter Merry - Abah Hana & Rayyan | Backpack Traveler & Ghost Writer | NU Garis Lurus | Wasekjen PP AMPG 2016-2020 | Wasekbid Nanglu Cyber DPD Golkar DKI Jakarta 2016-2020 | Wakil Ketua Depidar SOKSI DKI Jakarta 2011-2016 | Sekjen PP KIMPG 2007-2012 | Bendahara PP IPNU 2007-2010 | Alumni D3 Sastra Arab FIB UI 1997 & S1 Komunikasi Massa FISIP UI '2004

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang Lain Lulus dengan Kumlaut (Cum Laude), Mahyudin (Wakil Ketua MPR) Lulus dengan Kemelut

11 Maret 2016   17:14 Diperbarui: 11 Maret 2016   17:29 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Mahyudin, Wakil Ketua MPR Diantara Wanita-Wanita Adat Dayak (foto koleksi pribadi)"][/caption]Wakil Ketua MPR, Mahyudin bukan dilahirkan dalam keluarga berada. Mansyur Mante ayahnya hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR) namun memiliki semangat tinggi. Untuk mengubah peruntungan, Mansyur membawa keluarganya merantau dari Tanjung Jabung ke Sangatta. Di tanah harapan, apapun peluang pekerjaan halal dia lakukan untuk menghidupi keluarganya. Jiwa petualang ini menurun pada Mahyudin, yang saat memasuki sekolah menengah atas (SMA) harus merantau dan mulai menghidupi dirinya sendiri.

Selepas SMA, Mahyudin memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Permintaan orang tuanya untuk membantu usaha kayu dan peternakan ditolak halus. Bukan masalah gengsi tapi hasrat untuk menggapai cita-cita menjadi orang besar. Mahyudin berhasil diterima masuk di jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat FT-Unlam). Tantangan baru muncul, karena lagi-lagi dia harus memenuhi semua kebutuhan hidup dan kewajibannya membayar keperluan kuliah dengan keringatnya sendiri.

Tapi bukan Mahyudin namanya kalau berputus asa. Usaha apapun dijalaninya untuk bisa bertahan hidup. Sebelum berangkat kuliah dia berjualan pisang goreng di halaman kontrakannya dan selepas kuliah dia ngojek sampai malam hari. Rasa lelah tak dirasakannya terkalahkan dengan rasa tanggung jawab terhadap segala keputusannya. Terlebih dia juga memutuskan menikahi belahan jiwanya, Agati Sulie teman sekampusnya. Suka duka, susah senang pun dijalani berdua.

Mahyudin bukanlah mahasiswa yang pintar, bahkan dirinya nyaris dropout. Bukan hanya masalah keuangan, tapi memang ada beberapa mata kuliah yang cukup sulit dijalaninya. Dirinya hampir tak bisa membagi waktu terhadap kewajiban sebagai mahasiswa, keharusan untuk mencari nafkah dan tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Beruntung ada seorang dosen yang ikhlas membimbing perkuliahannya sekaligus mengajaknya belajar berbisnis. Dua masalah terpecahkan sekaligus!

Akhirnya, dengan susah payah Mahyudin mampu meraih gelar sarjana yang membuat keluarga besarnya di Sangatta bangga. Kalau teman-temannya lulus dengan predikat kumlaut (Cum Laude), Mahyudin lulus dengan penuh kemelut. Ya, sebuah kemelut yang berhasil dilaluinya hingga sekarang dia berhasil menunjukkan bahwa kesungguhan telah membawa dirinya ke posisinya saat ini. Calon Ketua Umum (caketum ) Partai Golkar ini kini telah menjadi pimpinan salah satu lembaga tinggi negara; Wakil Ketua MPR di usianya yang terbilang muda, 46 tahun. Sebuah perjuangan hidup yang patut diteladani remaja dan anak muda masa kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun