Mohon tunggu...
Achmad Annama
Achmad Annama Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suami Dokter Merry - Abah Hana & Rayyan | Backpack Traveler & Ghost Writer | NU Garis Lurus | Wasekjen PP AMPG 2016-2020 | Wasekbid Nanglu Cyber DPD Golkar DKI Jakarta 2016-2020 | Wakil Ketua Depidar SOKSI DKI Jakarta 2011-2016 | Sekjen PP KIMPG 2007-2012 | Bendahara PP IPNU 2007-2010 | Alumni D3 Sastra Arab FIB UI 1997 & S1 Komunikasi Massa FISIP UI '2004

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasca 3 Kegagalan Priyo Budi Santoso (PBS) Takkan Laku Lagi di Golkar

1 Maret 2016   11:57 Diperbarui: 1 Maret 2016   12:12 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Priyo Budi Santoso (PBS) maju caketum Golkar di Munas 2016. Masih laku? (Foto milik kompas.com)"][/caption]Beberapa tahun yang lalu, nama Priyo Budi Santoso (PBS) begitu mentereng karena menjadi Direktur Eksekutif CIDES, sebuah lembaga thinktank yang didirikan oleh BJ Habibie. PBS juga sudah memulai karir legislatifnya sejak 1997 dan bertahan 4 periode hingga 2014 dari daerah pemilihan Surabaya dan Sidoarjo. Pada periode 2004-2009 PBS berhasil menjadi Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) dan pada periode 2009-2014 PBS menduduki posisi tertingginya sebagai Wakil Ketua DPR RI.

Di periode kepengurusan DPP Partai Golkar periode 2004-2009 dibawah kepemimpinan Jusuf Kalla (JK), PBS menjabat sebagai Wasekjen. Karena Yahya Zaini terkena kasus asusial bersama Maria Eva, maka yang bersangkutan dipecat dari kepengurusan dan PBS lah yang menggantikannya sebagai Ketua DPP bidang keagamaan. Sedang di periode kepengurusan DPP Partai Golkar periode 2009-2014 dibawah nakhoda Aburizal Bakrie (ARB), PBS kembali menjabat sebagai Ketua DPP bidang Hubungan Lembaga Politik dan Legislatif. Di 2 periode tersebut, 2004-2009 PBS juga menggawangi salah satu ormas Trikarya; Ormas MKGR sebagai Ketua Umum (ketum).

Selain itu, PBS yang mantan aktivis HMI ini juga aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang juga bentukan BJ Habibie. Periode 2010-2015 lalu, PBS menjadi presidium ICMI bersama 4 tokoh lainnya, yaitu Marwah Daud Ibrahim, Ilham Habibie, Soegiharto dan Nanat Fatah Nasir. PBS kebagian memimpin ICMI di periode 2013-2014. Tapi, demikianlah! Sinar terang karir politik PBS sepertinya semakin meredup setelah 17 tahun malang melintang di Golkar, MKGR dan ICMI. Pasca 2014, sebagai kader yang terhitung muda bintangnya justru semakin tenggelam karena beberapa kegagalan beruntun.

Kegagalan pertama, Pada pemilu 2014 PBS tidak terpilih lagi dari dapil Surabaya dan Sidoarjo. PBS hanya berhasil meraih sedikit suara dan berhasil dikalahkan Adies Kadir. PBS seperti mengidap post power syndrom (PPS) karena gagal lolos ke Senayan. Lalu di Munas Bali 2014, PBS terpinggirkan dari berbagai aktivitas dan dinamika politik. Meskipun sebagai ketum, lobi-lobi Ormas MKGR lebih banyak dijalankan oleh Roem Kono dan Fahd Elfouz.

PBS tidak mengakui Munas Bali dan memilih bergabung dengan Agung Laksono menyelenggarakan Munas Ancol. PBS mencalonkan diri sebagai caketum bersaing bersama Agung Laksono dan Agus Gumiwang Kartasasmita. Inilah kegagalan kedua PBS, karena pemilihan lewat voting ini dimenangkan mutlak oleh Agung dan akhirnya PBS hanya menjadi Wakil Ketua Umum (Waketum). Sayangnya, berkali-kali Munas Ancol kalah dalam proses hukum, sehingga keabsahannya diragukan dan hanya mendapat sokongan dari Yasonna Laoly, Menteri Hukum dan HAM (Menhukham) yang mengesahkan Surat Keputusan (SK) kepengurusan yang dibentuk Munas Ancol.

Kegagalan Ketiga, ketika Ormas MKGR melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes) untuk memilih pimpinan baru. Lagi-lagi PBS kalah, dikecundangi Roem Kono yang berhasil merebut suara terbanyak. Adies Kadir, anggota DPR yang mengalahkannya di dapil Surabaya-Sidoarjo ditunjuk Roem Kono sebagai Sekjen Ormas MKGR. Lengkap sudah penderitaan PBS, sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Dan kini, setelah 3 kegagalan besar dalam hidupnya kabar terakhir Priyo Budi Santoso (PBS) masih akan mencoba keberuntungannya maju sebagai calon ketua umum (caketum) pada Munaslub Golkar di Jakarta Maret 2016 mendatang. Pertanyaannya, apakah PBS masih laku dijual? Mengingat Golkar justru sedang butuh figur kuat yang diakui semua kalangan dan mampu mempersatukan kader-kader yang berserak. Saya ragukan! Apakah upaya rebound dan fight back ini akan berhasil atau benar-benar menjadi anti klimaks karir PBS? Kita saksikan bersama!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun