Mohon tunggu...
Achmad Annama
Achmad Annama Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suami Dokter Merry - Abah Hana & Rayyan | Backpack Traveler & Ghost Writer | NU Garis Lurus | Wasekjen PP AMPG 2016-2020 | Wasekbid Nanglu Cyber DPD Golkar DKI Jakarta 2016-2020 | Wakil Ketua Depidar SOKSI DKI Jakarta 2011-2016 | Sekjen PP KIMPG 2007-2012 | Bendahara PP IPNU 2007-2010 | Alumni D3 Sastra Arab FIB UI 1997 & S1 Komunikasi Massa FISIP UI '2004

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jawa Tengah Akan Memilih Caketum Golkar dengan Dosa Paling Sedikit

29 Februari 2016   13:17 Diperbarui: 29 Februari 2016   13:49 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Wisnu Suhardono, Ketua DPD I Golkar Jateng (foto milik beritajateng.net)"][/caption]Menarik disimak pernyataan Ketua DPD I Golkar Jawa Tengah, Wisnu Suhardono ‘’Sudah ada empat kandidat ketua umum yang datang dan kulonuwun di Jawa Tengah. Selama ini, keempatnya belum pernah memberi perhatian dan kontribusi pada Jawa Tengah bahkan mereka dinilai bermasalah. Tapi dari keempat kandidat itu, mungkin hanya satu yang dosanya paling sedikit pada Jawa Tengah; Mahyudin!’’ Pernyataan tegas yang menimbulkan rasa penasaran bagi yang mendengarnya.

Sejauh ini sudah ada 4 calon ketua umum (caketum) yang sosialisasi dan konsolidasi di Jawa Tengah. Selain Mahyudin, sebelumnya sudah datang Ade Komarudin, Setya Novanto dan Azis Syamsudin. Sebelum kunjungan Azis dan Mahyudin ke Jawa Tengah bahkan sempat beredar isu money politics yang cukup santer. Ditengarai tim sukses salah satu caketum yang hadir sebelumnya telah membagikan uang tunai antara SGD 10.000 hingga Rp. 100.000.000,-. Menyedihkan.

Pernyataan ketua DPD I Golkar Jawa Tengah diatas tentu saja menohok semua caketum yang telah hadir di Jawa Tengah. Jika diamati lebih dalam, ada 4 sindiran yang disampaikan Wisnu Suhardono ini, yaitu: Pertama, para kandidat caketum jarang memperhatikan Jateng, Kedua, kontribusi dalam bentuk apapun baru diberikan ketika para kandidat caketum itu butuh timbal balik, Ketiga, Hampir semuanya bermasalah di mata kader-kader Golkar Jawa Tengah dan Keempat, dosa tiap caketum itu bervariasi dari yang paling banyak hingga paling sedikit.

Kenapa tokoh-tokoh nasional Golkar jarang memperhatikan Jawa Tengah yang memiliki 36 hak pilih dalam Munas Luar Biasa (Munaslub) Golkar? Mungkin salah satu jawabannya, adalah Jawa Tengah bukan lumbung suara Golkar melainkan basis tradisional PDI Perjuangan. Kecil kemungkinan menambah perolehan kursi di DPR maupun DPRD dari Jawa Tengah, kecuali tentu saja dapil Jateng II (Kudus, Demak, Jepara) yang secara fenomenal Golkar dengan caleg unggulannya Nusron Wahid mampu menaklukkan PDI Perjuangan dan PKB. Tapi tentu saja pengkaderan politik tak boleh pilih kasih satu propinsi dengan propinsi lainnya.

Tokoh-tokoh nasional Golkar pun baru rajin berkontribusi dan turun ke bawah bila ada maksud-maksud tertentu. Dalam hal ini, para caketum membutuhkan dukungan kongkret dari para pimpinan DPD I dan DPD II Golkar se-Jateng. No Free Lunch! Pamrih. Tapi diluar itu, jangankan dikunjungi, dilirik sebelah mata pun tidak. Dari keempat caketum yang sudah berkunjung dan menyosialisasikan diri di Jateng dianggap bermasalah. Baik, masalah internal partai maupun masalah eksternal seperti terkait hukum pidana maupun etika. Nah, tiap caketum punya dosa politik yang bervariasi, kebetulan Mahyudin dianggap kader-kader Golkar Jateng punya dosa yang paling sedikit. Karena, memang manusia tak luput dari salah, khilaf maupun lupa.

Dari pernyataan ketua DPD I Jateng tersebut sebenarnya dapat disimpulkan kriteria kader-kader Jateng dalam memilih Ketua Umum Golkar yang baru periode 2016-2021. Yaitu; Pimpinan yang mau turun ke bawah memperhatikan kinerja kader-kadernya & konstituen yang telah dibinanya, memberi dukungan moril maupun materil secara berkala bukan tentatif, menjaga hubungan harmonis baik pribadi maupun politis dengan kader-kader daerah dan terakhir tentu saja tokoh yang tidak tercela, tak pernah terlibat kasus hukum maupun etika dalam hal apapun.

Wisnu Suhardono mengarahkan sosok tersebut pada Mahyudin. “Mahyudin sosok yang unik dengan rekam jejak yang jelas. Meski terbilang muda, jam terbangnya membuktikan kalau Mahyudin memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk memimpin Golkar ke depannya. Di tengah keterpurukan, kita butuh pejuang sejati yang dapat menyatukan semua elemen partai yang berserak”. Saya, harus sepakat dengan Wisnu Hardono, semata demi kejayaan partai Golkar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun