Mohon tunggu...
Achmad Annama
Achmad Annama Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suami Dokter Merry - Abah Hana & Rayyan | Backpack Traveler & Ghost Writer | NU Garis Lurus | Wasekjen PP AMPG 2016-2020 | Wasekbid Nanglu Cyber DPD Golkar DKI Jakarta 2016-2020 | Wakil Ketua Depidar SOKSI DKI Jakarta 2011-2016 | Sekjen PP KIMPG 2007-2012 | Bendahara PP IPNU 2007-2010 | Alumni D3 Sastra Arab FIB UI 1997 & S1 Komunikasi Massa FISIP UI '2004

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Rebranding", Ide Visioner Caketum Golkar-Mahyudin

26 Februari 2016   16:07 Diperbarui: 26 Februari 2016   19:44 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pasca Rebranding; Golkar Baru & Konvensi, Golkar menang di 26 propinsi - indonesiasatu.kompas.com"][/caption]

Kaum muda memang selau berpikir out of the box, pemikiran-pemikiran yang tidak kaku justru visioner. Begitu pula dengan Mahyudin, politisi Golkar yang di usia 46 tahun sudah menduduki posisi Wakil Ketua MPR. Dalam sebuah kesempatan sosialisasi dirinya sebagai calon ketua umum (caketum) Partai Golkar dengan kader-kader di daerah, Mahyudin mengungkapkan pentingnya rebranding Golkar. Visi ini menjadi menarik manakala caketum-caketum lain yang lebih mapan secara usia lebih mengedepankan bagi-bagi uang transportasi, kalau tak mau disebut money politics. Mereka justru lupa menyampaikan visi, apa yang akan dilakukan jika mereka berhasil menguasai Golkar.

Itulah garis demarkasi yang cukup signifikan antara kader muda yang selalu kreatif dalam berkarya dengan mereka para senior yang selalu pragmatis demi mencapai tujuannya. Nah, rebranding adalah salah satu ide orisinil Mahyudin yang menurut saya paling jenius yang pernah diungkapkan kepada para kader dan mendapat tanggapan positif. Apalagi tujuan akhir dari rebranding adalah mengembalikan kejayaan Partai Golkar. Sebuah kejayaan yang pernah ada dalam genggaman selama 32 tahun.

Rebranding bukan barang baru bagi Golkar. Ini pernah dilakukan kepengurusan periode 1998-2004 yang dipimpin Akbar Tandjung. Kala itu bang Akbar mengusung jargon “Golkar Baru” untuk melepaskan diri dari bayang-bayang Orde Baru. Bang Akbar juga memperkenalkan konsep “Konvensi” untuk mencari sosok calon presiden yang akan diusung dalam pemilihan presiden (pilpres) 2004. Kala itu konvensi berhasil menyedot perhatian media massa cetak, televisi hingga elektronik bahkan masyarakat umum.

“Golkar Baru” dan “Konvensi” cara rebranding Golkar yang dilakukan Akbar Tanjung berhasil mengatrol perolehan suara Golkar, memenangkan pertarungan politik di 26 dari 33 propinsi. Golkar kembali mengecundangi PDI Perjuangan yang hanya mampu mempertahankan kemenangan di 3 propinsi, yaitu Jawa Tengah, Yogyakarta dan Bali. Rebranding percaya atau tidak telah berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Golkar.

Inilah yang diperlukan partai Golkar saat ini, setelah berada di comfort zone belasan tahun dengan perolehan kursi DPR dan prosentase kemenangan di pilkada langsung yang cenderung menurun. Ditambah lagi semakin tergerusnya jumlah para pemilih tradisional Golkar karena natalitas dan citra buruk Golkar di mata generasi digital, para pemilih pemula. Karenanya, ide brilian Mahyudin ini perlu dipertimbangkan masak-masak oleh para pemilik suara di Munaslub 2016, khususnya para pimpinan DPD I dan DPD II yang memiliki visi sama mencapai kembali kejayaan partai Golkar.

Rebranding adalah upaya mengubah total, memperbaharui atau merevitalisasi sebuah entitas yang sudah mapan agar menjadi lebih relevan. Golkar sebagai sebuah entitas di tengah kompetisi politik yang semakin dinamis dan agresif perlu direvitalisasi! Semata untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi para kadernya untuk dapat terus bersaing secara sehat di dalamnya. Selain itu juga untuk menjaga relevansi segmentasi konstituen yang mulai bergeser drastis sehingga berdampak pada perolehan suara. Golkar akan dituntut mengembangkan berbagai inovasi berkelanjutan yang mampu mengikuti dinamika politik era digital yang begitu cepat.

Dengan rebranding, Golkar dapat secara sistematis menghapus stigma negatif dan citra buruk yang dilekatkan kepadanya lewat berbagai pemberitaan negatif. Ditambah lagi baru-baru ini, perpecahan yang berlarut-larut menciptakan demoralisasi masif terutama bagi kader-kader di akar rumput. Sehingga Golkar dapat kembali ke jati dirinya semula, partai nasionalis yang selalu memiliki posisi strategis dalam pemerintahan, semata untuk memperjuangkan kesejahteraan untuk seluruh elemen masyarakat.

Semoga salah satu konsep jitu yang ditawarkan calon ketua umum Partai Golkar yang mewakilli aspirasi kaum muda dan perempuan; Mahyudin dapat diwujudkan. Caranya? Tentu saja dengan menitipkan amanah mulia ini di pundaknya. Sudah saatnya pimpinan DPD I dan DPD II membuka mata dan tidak berpikir pragmatis, tapi secara kolektif memperjuangkan kejayaan partai Golkar demi kejayaan bangsa. Mahyudin untuk Semua!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun