Mohon tunggu...
Anna Kurniawati
Anna Kurniawati Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perubahan Media Lama ke Media Baru

20 Agustus 2021   16:24 Diperbarui: 20 Agustus 2021   16:37 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebagai sarana komunikasi massa, media massa dapat dikelompokkan menjadi media cetak dan media elektronik. Media massa meliputi surat kabar, malajah, tabloid dan lainnya. Sedangkan televisi dan radio masuk dalam kategori media elektronik. Koran, televisi dan radio digolongkan dalam media konvensional atau mainstream atau media lama yang kini mulai ditinggalkan khalayak.

Kehadiran media baru dan internet telah mengubah pola konsumi khalayak terhadap media. Media baru menawarkan kecepatan informasi dan fasilitas yang tidak ditemukan dalam media lama. Dengan aplikasi digital, orang diseluruh dunia menggunakan aplikasi untuk banyak hal seperti bermain, bercakap-cakap, berbelanja, olahraga bahkan menemukan arah.

Perkembangan internet terus memicu perubahan pola konsumsi informasi dari kertas ke layar. Pertumbuhan oplah surat kabar terus melambat sejak tahun 2010. Penurunan jumlah pembaca media cetak selama beberapa tahun terakhir memberikan dampak cukup signifikan terhadap keberlangsungan industri media cetak. Salah satu dampaknya adalah terjadinya pengurangan belanja iklan yang menyebabkan beberapa media cetak harus berhenti beroperasi atau beralih ke format digital. Siapapun tidak dapat memaksa pembaca untuk terus menyukai media cetak. Pembaca memiliki pilihan yang cerdas yang tidak dapat dipaksakan. Pengguna telah memberikan pilihan pada media lain yang menjanjikan informasi lebih cepat.

Perkembangan teknologi komunikasi telah memunculkan hadirnya media baru yang menggantikan media tradisional atau konvensional seperti koran, radio dan televisi.  Perkembangan teknologi ini telah meredupkan industri media cetak baik di Indonesia maupun di dunia. Media cetak yang mampu bertahan adalah media yang mampu mengupdate teknologi dan informasi dengan realitas sosial. Hal ini merupakan tantangan bagi media cetak yang ingin bertahan di era digital. Twitter kini menjadi sumber berita  real time  yang dapat menggantikan fungsi jurnalis.

Perangkat telepon seluler telah meningkatkan konsumsi media komunikasi. Akses media siar seperti radio telah ditinggalkan dan terjadi peralihan dengan mendengarkan atau memutar audio sendiri dari perangkat digital secara pribadi. Perkembangan akses media online menumbuhkan kebiasaan dan kultur baru dalam bermedia bagi individu dan masarakat yang berimplikasi pada bidang sosial, buaya, ekonomi, dan politik.

Konsumsi perangkat ponsel pintar yang mengalami peningkatan ini berimplikasi pada semakin besarnya jumlah akses internet di Indonesia. Hal ini berpengaruh terhadap penggunaan media baru yang semakin meluas dan masyarakat semakin banyak yang bermigrasi dari konsumsi media konvensional ke media baru. Hampir seluruh waktu dipergunakan untuk berinteraksi dengan internet antara lain browsing, chatting, terkoneksi dengan media sosial dan mencari bacaan, informasi atau hiburan dengan ponsel pintar. Semakin luas adopsi teknologi media dalam bentuk gadget maka semakin banyaklah pembaca media cetak meninggalkan bacaannya.

Sumber:

Brian McNair, pengantar Komunikasi Politik, An Introduction to Political Communication, London, New York:Routledge, 2011, Penerbit Nusa Media, Bandung 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun