Donna Jeanne Haraway lahir di Irlandia pada 6 September 1944, merupakan tokoh feminis yang terkenal dengan teori Cyborg atau cybernetics organism. Karyanya adalah "The Cyborg Manifesto". Haraway lahir dari keluarga kelas menengah beragama Katolik. Ia memiliki latar belakang pendidikan interdisipliner, dengan studi zoology di Colorado Collage, dengan minor studi filsafat dan sastra Inggris. Ia menyelesaikan studinya pada tahun 1966. Haraway menyelesaikan pendidikan Doktoralnya dalam bidang biology dari Yale University. Selanjutnya, dia bekerja sebagai asisten Profesor bdalam bidang sejarah ilmu pengetahuan di John Hopkins University. Kemudian dia melanjutkan kariernya dalam bidang history of Conciousness di University of California.
Atikelnya berjudul "The Cyborg Manifesto" yang berisi mengenai sosok yang disebut Cyborg yang tidak bisa didefinisikan sebagai figur biologis seperti manusia atau hewan, laki-laki atau perempuan, tubuh atau pikiran. Figur cyborg merupakan organisme cyber dengan identitas yang cair.
Penelitian Donna Haraway telah menginspirasi para intelektual yang tertarik terhadap tekno-feminisme, internet, dan relasi antara manusia dan teknologi digital. Konsep identitas di era digital jika dibaca dengan pendekatan Cyborg menunjukkan hilangnya batasan identitas individu yang semula dideterminasi secara biologis.Identitas akun digital tak selalu ditentukan oleh sex atau gender biologis pengguna, namun bisa juga oleh preferensi individu atau orientasi sosial pengguna. Seseorang bisa menggunakan lebih dari satu akun, bisa menjadi perempuan atau menjadi laki-laki. Pada saat yang bersamaan, seseorang bisa menjadi banyak karakter dan memberi komentar sesuai karakter tersebut. Akun digital memungkinkan seseorang untuk memiliki banyak identitas sesuai dengan kepentingan pengguna.
Bagi Haraway, manusia saat ini adalah manusia cyborg yang hidup di era digital. Konsep identitas di era digital, jika dibaca dengan pendekatan Cyborg akan menunjukkan hilangnya batasan identitas individu yang semula dideterminasi secara biologis. Manusia pada saat ini akan selalu terhubung dengan internet. Hampir semua kehidupannya akan terhubung dengan akun digital, sehingga batasan identitass individu akan hilang. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa privacy pengguna akan semakin berkurang, karena identitas dan ruang pribadi bisa dilihat oleh banyak orang.
Cyberfeminisme memadukan antara feminisme, budaya teknologi dan media baru. Â Cyberfeminisme merujuk pada bagaimana para feminis menggunakan media baru sebagai wahana untuk memberdayakan dan membebaskan diri mereka sendiri dari male dominasi discources. Hampir semua perempuan masa kini terhubung dengan teknologi dan media baru. Teknologi dan media baru bukan hanya milik perempuan bekerja atau perempuan berpendidikan tinggi. Aplikasi teknologi sangat mudah dipelajari sehingga memungkinkan semua perempuan terhubungan dengan media baru. Bahkan di pedalaman suku Badui luar, perempuan Badui luar sudah terhubung dengan teknologi dan media baru. Mereka memiliki akun Facebook atau Instagram yang digunakan untuk bersosialisasi dengan dunia luar maupun sebagai sarana untuk memasarkan produk mereka. Jika perempuan yang hidup di pedalaman saja sangat akrab dengan media sosial, maka bisa dibayangkan bagaimana kehidupan perempuan di perkotaan, hampir setiap detik akan terhubung dengan media sosial.
Cyborg merupakan identitas hybrid antara organisme dan mesin yang ditawarkan oleh Haraway. Ia merupakan feminis sosialis posmodernis yang menulis artikel tentang Cyborg Manifesto: Science, Technology, and socialist feminism in the late twentieth century, diambil dari buku Simian, Cyborg, and Women karya Haraway.
Cyborg menginginkan kesadaran perempuan akan teknologi sebagai bagian diri yang dapat dipertanggungjawabkan. Haraway meyakini jika kesadaran diri dan mesin telah mencapai sesuatu yang intim maka mesin tidak akan mendominasi manusia dan sebaliknya. Pendapat Haraway ini seolah-olah menjadi sebuah utopia, karena pada saat ini mesin dan teknologi telah mendominasi manusia. Kesadaran diri dan mesin telah mencapai keintiman, justru membawa manusia menjadi dikendalikan oleh mesin. Hampir seluruh kehidupan manusia dikendalikan oleh mesin. Pekerjaan rumah seorang perempuan hampir sebagian besar dibantu oleh mesin. Pekerjaan kantor juga hampir semua dikerjakan oleh mesin, meskipun mengetik memakai tangan dan pemikiran otak, namun tetap memalai laptop sebagai sarana untuk menghasilkan tulisan.
Metafora cyborg merupakan hibriditas antara organisme dan mesin yang satu sisi dengan yang lain sulit dipisahkan. Cyborg merupakan sebuah realitas sosial berdasarkan pengalaman perempuan pada akhir abad ke 20. Cyborg telah memecah batasan tradisi politik dan ilmu pengetahuan barat yaitu tradisi rasis, dominasi kapitalisme patriarkhi, tradisi penyesuaian alam sebagai sumber produksi budaya, tradisi reporduksi dari refleksi yang lain.
Mesin merupakan barang yang dianggap hantu pada masa sebelum Cybernetik. Mesin dianggap sebagai produk patriarki oleh kalangan industri modern. Mesin dianggap sebagai benda yang tidak bisa mendesain diri sendiri, benda tak bergerak, tidak otonom dan tidak dapat mencapai impian manusia.
Namun hal tersebut kini berubah, mesin telah dibuat semakin canggih. Haraway mengatakan, mesin terbaik adalah yang terbuat dari sinar matahari yang teridri dari gelombang elektromagnetik, yang portable, mobile dan terdiri dari spektrum. Cyborg menggambarkan progresivitas yang merupakan kerja politik perempuan. Kalangan feminis sosialis Amerika melihat adanya dualisme pikiran dan tubuh, binatang dan mesin, idealisme dan materialisme, praktik soial, formulasi simbol dan asosiasi artefak fisika dengan teknologi tinggi dan sains budaya.
Haraway menggunakan konsep One Dimensional Men untuk menjelaskan dominasi teknologi pada manusia yang menyatu dalam eksistensinya yang disebut tubuh organic yang diimajinasikan. Haraway melihat ketidakwaspadaan manus akan dominasi tersebut. Â Cyborg mempunyai beban untuk mengontrol planet, bertahan dalam perang bintang dan mengakhiri pemberian tubuh perempuan dalam dunia maskulin seperti perang. Cyborg menawarkan hidupnya realitas sosial dan tubuh yang didalamnya manusia tidak takut bekerja sama dengan binatang dan mesin, tidak takut pada persoalan identitas temporer dan berdiri pada titik yang kontradiktif.