Mohon tunggu...
Praptaning Utami
Praptaning Utami Mohon Tunggu... -

Yaaah, just for my bachelor degree to be here. Seriously!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ingin Aku Peduli, Ingin Aku Mengerti, Ingin Aku Menyelamatkan Sumber Daya Alam Minyak dan Gas Ini

13 Mei 2015   09:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:06 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah candaan dari seorang teman yang berulang tahun 12 Mei kemarin.

“Hidup Mahasiswa! Manusia-manusia keren yang dibuat pusing mikirin negara. Sekarang sih masih bisa mikirin negara soalnya belum pusing sama anak istri. Coba lihat nanti kalau udah nikah, masih mikir rakyat Indonesia apa lebih fokus ke urusan dapur dan sekolah anaknya”

Sejenak memang tawa lepas semua orang yang mendengarnya. Aku pun demikian. Namun sekarang, aku mencoba mengahayati kata-kata tersebut. Dalam memang setelah dipikir. Indonesia, sebuah negara berkembang yang sudah setengah abad lebih memperoleh kemerdekaannya namun rakyatnya masih mayoritas pusing dengan urusan perut dan kesejahteraannya. Disisi lain, tidak bisa dielakkan pula bahwa Indonesia dianugerahi sumber daya alam yang melimpah oleh Allah. Dua hal tersebut harusnya menjadi kontradiktif karena di tanah yang kaya ini, masih ada orang yang kelaparan. Masih ada orang yang kesulitan mendapatkan pekerjaan padahal masih melimpah tanah yang bisa menghasilkan.

Bulan kemarin pun, pikiran mengenai uang dan uang yang membelenggu saya dari rasa kepedulian utnuk negara. Siapapun ingin peduli, siapapun ingin mengerti, dan siapapun ingin menyelamatkan sumber daya alam Indonesia ini. Namun, perbedaan kondisi dan situasi yang menyebabkan tidak semua orang peduli, tidak semua orang tahu, dan tidak semua orang memikirkan hal semuluk ini. Bahkan, untuk saya (saya adalah seorang mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia), yang merupakan seorang civitas akademia yang seharusnya dikelilingi oleh lingkungan informasi dan ilmu pengetahuan pun masih sangat kurang rasa kepeduliaannya. Indikator kepeduliannya adalah “tau”. Mudah bukan? Jika kamu peduli maka kamu tau. Karena di jaman yang sangat canggih ini, semua informasi bahkan dengan mudah didapatkan. Sebagai salah satu contoh adalah informasi tentang sudah diputuskan bahwa pertamina yang akan mengambil alih pengelolaan di blok mahakam yang kontrak kerjanya dengan PT Total E&P akan habis pada tahun 2017 mendatang yang sempat heboh beberapa waktu yang lalu. Entah memang karena saya yang kurang proaktif dan produktif sehingga saya tertinggal informasi tersebut. Kemungkinan adanya orang seperti saya disini mungkin bisa terhitung kecil, itu adalah apa yang saya pikirkan. Namun ternyata saya salah besar. Bahkan ada beberapa teman yang memang belajar di jurusan Teknik Perminyakan sudah ketinggalan informasi semacam ini.

Saya membayangkan bagaimana keadaan orang yang ada diluar sana yang tidak dikelilingi informasi, yang masih sibuk memikirkan kesejahteraan keluarganya. Masih bisa kah mereka peduli? Masih bisakah mereka ingin mengerti? Bagaimanapun setiap apa yang menjadi keputusan pemerintah adalah keputusan yang diambil dengan banyak sekali pertimbangan yang mungkin orang awam dan receh seperti saya ini tidak tahu banyak tentang pertimbangan-pertimbangan tersebut. Saya sebagai seorang yang sangat mendukung kebijaksanaan pemerintah dan selalu percaya bahwa orang-orang sekarang duduk disana yang sekarang sedang berwenang mengurusi negara juga sangat ingin negara ini maju. Saya yakin mereka memikirkan nasib-nasib rakyat yang sedang kesulitan ini. Saya juga yakin bahkan pengelolaan sumber daya alam dan kekakyaan yang negara miliki juga pada ujungnya demi kesejateraan rakyat. Saya akan berhenti percaya kalau saya suatu saat nanti memang waktunya untuk berhenti percaya. Sampai kapankah itu? Sampai saya cukup mengerti mana yang memang baik untuk negara ini dan semua orang yang berkewarganegaraan Indonesia pun mengerti apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan ini.

Jika saya dan semua orang yang berkewarganegaraan ini cukup mengerti, maka pemerintahan pun akhirnya berasal dari orang-orang yang mengerti dan orang-orang yang peduli. Untuk sekarang, saya masih menganggap mereka adalah orang-orang yang mengerti dan peduli. Tapi orang-orang yang mereka perjuangkan belum cukup mengerti dan peduli. Entahlah. Setelah ini saya semakin pusing karena seperti yang saya sadari, masalah ini adalah bentuk dari lingkaran setan sebab akibat yang tidak akan kunjung putus. Saya cukup salut dengan penyelenggara enent ini yang sudah berhasil memaksa saya untuk berfikir dan untuk menjadi peduli. Secara tidak langsung saya akhirnya mencari informasi tentang blok Mahakam yang sebelumnya saya hanya tahu kalau ada konflik yang ramai dibicarakan mengenai hal ini namun saya tidak tahu apa dan mengapa konflik itu bisa terjadi. Mungkin hal tersebut juga dialami oleh penulis-penulis lain yang mengikuti even ini. Andai saja akan ada lebih banyak orang yang peduli dan andai saja penggerak kepedulian seperti even ini akan semakin banyak kedepannya. Mungkin akan membawa angin segar untuk pengelolaan sumber daya alam dan kekayaan Indonesia, lebih banyak yang peduli akan lebih banyak orang tua yang mengajarkan anaknya untuk peduli dan makin banyak generasi mudah yang siap belajar untuk mengelolah sumber daya alam Indonesia yang baik dan dapat bermanfaat untuk banyak orang.

Mungkin memang terlambat untuk menggembor-gemborkan rasa peduli, bahkan saya belum menghasilkan apa-apa dari rasa peduli saya. Namun setelah tulisan ini diterbitkan, mungkin akan ada broadcast message di sosial media berupa artikel singkat, ringan dan mudah dipahami, yang isinya mempropaganda orang yang membacanya untuk peduli. Disetiap akhir kalimatnya akan bertuliskan #KarenaAkuPeduli Oleh Ta073. Itu komitmen yang mungkin sekarang timbul dari rasa peduli ini. Hal kecil saja yang mungkin bisa saya lakukan. Karena untuk mengerti hal besar seperti teknik pengelolaan, teknik pemasaran, masalah ekonomi, dan banyak hal yang tidak saya mengerti lainnya adalah sesuatu yang sulit saya lakukan. Bukannya menyerah dan tidak ingin mencoba. Tapi saya yakin, banyak orang yang lebih tahu dan lebih mengerti namun masih belum peduli.

Melalui tulisan ini saya hanya beropini, saya banyak berasumsi tanpa adanya data yang mendukung opini saya. Namun saya dianugerahi indera yang sempurna oleh Allah SWT (meskipun sekarang saya mengalami gangguan mata atau miopi, namun dapat terbantu dengan penggunaan kacamata) yang dapat saya gunakan untuk melihat, mendengar dan merasakan setiap hal yang ada di lingkungan saya. Meskipun tanpa seabrek data yang saya mengerti, saya hanya cukup mengerti satu hal. Yaitu diri saya pribadi dan menilainya kemudian nilai tersebut saya gunakan sebagai perbandingan seperti contoh diatas. Sumber Daya Alam bukan merupakan satu-satunya hal yang harus diperdulikan. Dan bukan semua orang harus peduli dengan hal tersebut. Cukup orang yang tahu dan mengerti yang harus peduli.



#KarenaAkuPeduli

Bandung, 13 Mei 2015

Ta073

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun