Mohon tunggu...
Nurjannah Tribuana Pangestu
Nurjannah Tribuana Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah UHAMKA

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Di Balik Bawang: Kisah Buruh Pengupas yang Tak Terlihat

22 Desember 2024   14:16 Diperbarui: 22 Desember 2024   14:33 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ULURKAN TANGAN, RINGANKAN BEBAN. BERSAMA KITA WUJUDKAN KEBAHAGIAAN BAGI MEREKA YANG MEMBUTUHKAN

Di balik gemerlap Jakarta yang dikenal dengan gedung-gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan mewah, terdapat realitas yang sering kali terabaikan. Di sudut-sudut kota, di antara kemacetan dan hiruk-pikuk kehidupan urban, hidup sekelompok orang yang berjuang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Mereka adalah buruh harian, pedagang kaki lima, dan keluarga yang tinggal di pemukiman kumuh. Banyak dari mereka yang terjepit dalam lingkaran kemiskinan, berjuang melawan ketidakpastian ekonomi dan kurangnya akses terhadap pendidikan serta layanan kesehatan.

Mereka bangun sebelum fajar menyingsing, siap menghadapi hari dengan harapan meski sering kali berujung pada kekecewaan. Di tengah kesibukan kota yang tak pernah tidur, suara mereka nyaris tak terdengar. Namun, di balik kesunyian itu, ada cerita-cerita inspiratif tentang ketahanan dan keberanian. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peka dan peduli untuk melirik ke arah mereka yang membutuhkan uluran tangan. Dengan sedikit perhatian dan bantuan, kita dapat membantu mengubah kehidupan mereka. Setiap tindakan kecil baik itu menyumbangkan waktu, sumber daya, atau bahkan sekadar memberikan senyuman dapat menjadi cahaya harapan bagi mereka yang terpinggirkan. Mari kita ingat bahwa di balik kemewahan Jakarta, ada jiwa-jiwa yang menunggu untuk diperhatikan dan diberdayakan.

Kami Mahasiswa UHAMKA Pendidikan Sejarah Semester 5 yang siap aksi melakukan perubahan membantu sedikit demi sedikit untuk orang yang membutuhkan, kami dari kelompok 7 yang beranggotakan Muhammad Fauzi Adiputra, Nurjannah Tribuana Pangestu dan Fatimah Azzahra untuk langsung terjun ke lapangan melakukan survei dan observasi di sekitaran wilayah kampus karena untuk membantu dan menolong dari hal kecil yang dimana kita menjangkau mereka yang jauh, mari kita mulai dengan memberikan perhatian dan bantuan kepada orang-orang di sekitar kita, seperti tetangga, teman, atau keluarga yang mungkin sedang membutuhkan. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk membantu orang-orang di sekitar kita dapat menjadi inspirasi bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama, menciptakan gelombang kebaikan di dalam komunitas. Yang dimana ini juga merupakan berakar dari teologi Surat Al-Ma'un dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya amal sosial dan kepedulian terhadap sesama. Teologi ini menggarisbawahi bahwa ibadah yang tidak disertai dengan tindakan sosial menjadi tidak berarti, sehingga mendorong kami untuk aktif berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Jakarta, 12 Oktober 2024 kami menetapkan keluarga bapak muktar dan istrinya ibu ida setelah kami survei dan observasi. Bapak Muktar berusia 51 tahun yang mempunyai seorang istri bernama Ibu Ida. Mereka sepasang suami istri memiliki tanggungan 3 orang anak yang dimana 2 anak putus sekolah sedangkan 1 anak masih sekolah, sehingga mengharuskan mereka untuk bekerja suami sebagai kuli cabe di Pasar Induk Kramat Jati dan Istri bekerja sebagai pembantu di rumah orang yang kerjaanya menyetrika pakaian dan masak makanan untuk bosnya yang dimana beliau digaji sebesar Rp. 50.000,00/hari, ketika pekerjaan tersebut sudah selesai beliau bekerja lagi sebagai kuli mengupas bawang yang dimana bawang nya dikirimin dari Pasar Induk Kramat Jati dan beliau mengerjakannya di rumahnya. Pihak Pasar mengirimkan bawang sebanyak 10kg berat kotornya dan Pihak Pasar menerima 7kg berat bersihnya, beliau mendapatkan upah hanya sebanyak Rp. 14.000,00/hari. Bapak Muktar baru saja habis menjalankan operasi karena mengindap penyakit hernia, dokter menyarankan untuk istirahat karena beliau tidak bisa beraktivitas yang memikul beban berat tetapi beliau tetap melakukan pekerjaannya di pasar sebagai kuli cabe yang memikul beban, beliau juga sering menghabiskan waktunya di pasar jarang sekali berada di rumah karena beliau ingin mendapatkan uang lemburnya sebesar Rp. 70.000,00/hari. Ibu Ida mempunyai riwayat penyakit diabetes yang mengharuskan bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan pengobatan.

Bapak Muktar dan Ibu Ida beserta 3 orang anaknya mendiami rumah kontrakan yang sudah lama mengontrak dari zaman bu Ida masih gadis. Keluarga tersebut tinggal di kontrakan yang seluas hanya 3m2 memiliki 2 Petak ruang saja, yaitu 2 kamar tidur. Dari pintu masuk sudah disambut oleh kamar tidur, yang dimana lantainya dari keramik bekas, dinding nya dari triplek dan tidak ada plafon hanya langsung dari seng, kadang juga seng kontrakannya bocor. Kontrakan tersebut tidak memiliki dapur dan juga kamar mandi, mereka sekeluarga menumpang di rumah tetangga. Pencahayaan di dalam kontrakan mereka kurang optimal, sehingga tampak remang-remang pada siang dan malam hari. Serta sirkulasi udara di dalam kontrakan juga tidak baik karena kurangnya ventilasi. Kontrakannya berada di dekat selokan air yang lebar sehingga ketika hujan datang, kontrakan tersebut banjir.

Gambar 2. Penyaluran Donasi
Gambar 2. Penyaluran Donasi

Timeline Fundraising dari 28 Oktober hingga 20 Desember 2024,alhamdulilah kami berhasil mengumpulkan penggalanggan dana sebanyak Rp. 1.000.000,00 melalui platform sosial media yang kami sebarluaskan. Dana tersebut kami salurkan dalam bentuk berupa sembako dan kebutuhan peralatan rumah tangga lainnya, kami berharap sedikit demi sedikit bisa meringankan dan membantu keluarga bapak muktar dan istrinya. Sebagai mahasiswa, kami percaya bahwa setiap tindakan kecil yang kami lakukan dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat di sekitar kami. Dengan semangat pengabdian, kami berkomitmen untuk menjadi agen perubahan yang tidak hanya belajar untuk diri sendiri, tetapi juga berkontribusi kepada orang-orang yang membutuhkan. Melalui berbagai program bantuan, kami berharap dapat meringankan beban hidup mereka dan memberikan harapan baru. Setiap senyuman dan ucapan terima kasih dari mereka yang kami bantu menjadi motivasi tersendiri bagi kami untuk terus berjuang. Kami yakin bahwa dengan saling membantu dan peduli, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik dan lebih sejahtera bagi semua. Mari bersama-sama kita wujudkan semangat gotong royong ini dalam setiap langkah kita! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun