Seorang teman bercerita bahwa suaminya lebih mencintai anjing daripada dirinya. “Anjing itu nakalnya luar biasa. Dia pernah melompat ke atas meja, lalu makan makanan yang aku siapkan untuk anakku yang masih bayi. Ketika aku meneriakinya, suamiku dengan galak membentak dan meneriaki aku.”
Teman yang lain bercerita bahwa istrinya mengalami adiksi game online. “Ketika sedang bermain game, dia betul-betul seperti berada di dunia lain. Dia akan marah jika saya coba ajak bicara.” Keluhnya.
Teman yang lain lagi bercerita tentang suaminya yang hobi menyimpan barang. “Suvenir dari acara-acara yang dihadirinya, poster, buku, semuanya. Mula-mula, barang koleksinya menempati satu rak. Dalam sekejap menjadi dua rak. Kemudian seluruh lemari buku.”
“Pada awal pandemi, ketika kami berdua sama-sama WFH, kami menyiapkan sebuah ruangan untuk kantor kecil di rumah. Sekarang, ruangan itu penuh dengan barang-barang koleksinya. Untung kami sudah mulai WFO.”
“Lama kelamaan, ruang kantor itu tidak cukup lagi untuk menampung barang koleksinya. Mulailah dia menyimpan barang-barang itu di ruang keluarga, tempat kami menonton TV bersama … aku sampai takut membeli apa pun karena tidak ada tempat penyimpanan di rumah.”
Dibentak suami hanya karena memarahi seekor anjing yang seenaknya memakan makanan yang Anda siapkan untuk anak yang masih bayi, diabaikan istri yang terlalu fokus main game, atau tidak punya tempat di rumah karena barang koleksi suami bertebaran di mana-mana, memang membuat tidak nyaman.
Bukan hanya tidak nyaman, Anda mungkin saja merasa sangat terganggu karenanya. Adakah cara mengatasinya? Beberapa langkah di bawah ini dapat dicoba.
Pertama, Ungkapkan Secara Terbuka namun Penuh Empati
Anda perlu menghormati kepentingan pasangan. Meskipun Anda merasa kesal, perasaan itu perlu dikomunikasikan secara terbuka namun penuh empati.
Mungkin pasangan Anda juga ingin memiliki hubungan yang sehat. Jadi, katakan yang sebenarnya namun penuh kasih saat Anda mengomunikasikan perasaan Anda.
Sebagai contoh, “Saya tahu kamu sangat sayang kepada puppy. Saya minta maaf jika tindakan saya meneriaki dia membuat kamu marah. Tetapi tolong pahami juga perasaan saya. Makanan yang seharusnya untuk anak kita, dia makan. Terpaksa saya buang dan buat baru lagi. Ini pemborosan waktu, uang, dan tenaga, dan mengganggu jadwal makan anak kita. Jadi saya rasa wajar jika saya marah. Saya merasa terluka ketika kamu membentak saya.”