Bullying Institute (WBI) melakukan survei tentang perundungan di tempat kerja di Amerika. Survei diikuti oleh 1.215 responden.
Pada tanggal 23-25 Januari 2021, WorkplaceIni adalah survei ke-5 yang dilakukan WBI. Sebelumnya, WBI melakukan survei tentang hal yang sama pada tahun 2007, 2010, 2014, dan 2017.
WBI mendefinisikan perundungan sebagai perilaku kasar yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap satu atau lebih target oleh satu atau lebih pelaku.Â
Perilaku kasar tersebut mencakup antara lain mengintimidasi, mengancam, atau menghina target.Â
Hasil survei tahun 2021 menunjukkan 30% responden menjadi target perundungan (meningkat dari 19% pada tahun 2017) dan 19% responden pernah menyaksikan peristiwa perundungan di tempat kerja.
Ada 2 hal menarik dari hasil survei WBI tahun 2021:Â
4% responden secara terang-terangan mengaku bahwa dirinya adalah perundung. Sesuatu yang belum pernah terjadi dalam survei-survei sebelumnya.Â
40% dari target perundungan adalah manajer. Hal ini mematahkan mitos bahwa umumnya manajer adalah perundung, bukan target.
Melansir situs WBI, ada 4 taktik yang biasa digunakan perundung. Mari kita kupas satu per satu, barangkali kita pernah mengalaminya. Atau, jangan-jangan kita sendiri pernah melakukan keempat taktik ini tanpa kita sadari?
Pertama, the screaming mimi (komunikasi agresif)
WBI mendeskripsikan the screaming mimi sebagai seseorang yang emosional di luar kendali.Â
Seseorang yang suka mengancam dengan teriakan, jeritan, dan kutukan di depan umum.Â
Pernahkah Anda menyaksikan seseorang yang berperilaku seperti itu?Â
Tidak hanya si target yang ketakutan, semua rekan kerjanya mungkin memilih bungkam karena takut menjadi target berikutnya.
Seorang teman pernah bercerita tentang mantan bosnya yang suka mengambil pose untuk menunjukkan kekuasaan dalam rapat.Â
Setiap kali bos mengambil pose demikian, para peserta rapat bertanya-tanya dalam hati tentang siapa yang akan dapat giliran menerima omelan.
Biasanya, ia akan mulai dengan membentuk seulas senyum sinis, lalu meletakkan kakinya di atas meja dan bersandar. Matanya memandang target dengan sorot meremehkan, kemudian dari mulutnya meluncur omelan panjang tentang kegagalan demi kegagalan si target.