Penelitian menunjukkan bahwa satu dari lima orang menderita stres tingkat tinggi terkait pekerjaan. Stres terkait pekerjaan menyebabkan semangat kerja yang rendah sehingga pegawai berpura-pura sakit.
85% responden merasa atasan mereka lebih cenderung berpikir bahwa cuti sakit karena pilek atau flu lebih wajar dibanding cuti sakit karena stres atau kecemasan.
Kelima, tingkat kepuasan terhadap lingkungan kerja
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pegawai yang tidak puas dengan pekerjaannya, lebih besar kemungkinan berpura-pura sakit agar tidak masuk kerja. Semangat mereka biasanya rendah, sehingga mereka merasa kurang termotivasi untuk pergi bekerja.
Dilansir dari International Business & Economic Research Journal, fenomena pegawai berpura-pura sakit karena alasan-alasan di atas dapat diatasi dengan penciptaan budaya perusahaan yang positif.
Peribahasa berkata, "karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Isu tentang pegawai yang merasa tidak cocok dengan kolega atau atasan tertentu agaknya jangan dipandang sebelah mata. Akar masalah harus ditemukan dan solusi harus diterapkan agar hal ini tidak berkembang menjadi toksik.
Menjadikan tempat kerja sebagai lingkungan yang positif dan ramah dapat menurunkan tingkat stres terkait pekerjaan dan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan faktor penting dalam mengurangi ketidakhadiran.
Program kesehatan juga telah terbukti membantu moral pegawai. Atasan dan rekan kerja yang mau mendengarkan dan mendukung, lingkungan kerja yang positif, membuat pegawai betah di sana.
Pada gilirannya, pegawai akan mengalami bahwa pekerjaan mereka tidak membuat depresi dan menguras sebagian dari hidup mereka. Mereka akan terpacu untuk berkolaborasi, memberikan yang terbaik dari diri masing-masing untuk kemajuan perusahaan.
Bagian kedua, alasan yang terkait dengan ukuran perusahaan
Keenam, ukuran perusahaan
Salah satu studi IPC menemukan level absensi seorang pegawai sebanyak 6,15 hari per tahun di perusahaan dengan jumlah pegawai sampai dengan 50 orang. Pada perusahaan dengan jumlah pegawai di atas 100 orang, level absensi tersebut meningkat menjadi 8 hari per tahun.
Saya sendiri belum pernah mempelajari keterkaitan antara ukuran perusahaan dengan kecenderungan absensi seorang pegawai. Menurut saya, besar kemungkinan temuan ini terkait dengan rentang kontrol.