Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ini 11 Alasan Pegawai Berpura-pura Sakit dan Cara Mengatasinya

11 Juni 2021   17:49 Diperbarui: 13 Mei 2022   22:36 1634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pilek (foto oleh pressfoto/freepik)

Suatu ketika, dalam sebuah pembicaraan dengan beberapa orang teman, terbetik kabar bahwa pegawai memiliki banyak cara untuk berpura-pura sakit. Kami pun urun rembuk membahas cara mengatasi kenakalan tersebut.

Seorang teman mengutip hasil penelitian yang dilakukan oleh Industrial Psychology Consultants (Pvt) Ltd (IPC), perusahaan konsultan manajemen sumber daya manusia. Sebuah penelitian yang dilakukan IPC pada tahun 2019 menyimpulkan dua alasan utama pegawai berpura-pura sakit.

  • Pertama, pegawai berpura-pura sakit karena sistem manajemen yang buruk serta lingkungan kerja yang tidak bersahabat. 

  • Kedua, pegawai berpura-pura sakit karena majikan tidak membuat program yang cukup untuk menangani keseimbangan kehidupan kerja (work life balance).

Penelitian menunjukkan korelasi yang erat antara lingkungan kerja, keseimbangan kehidupan kerja dan kesehatan mental.  Hayley Lewis, seorang psikolog okupasional, menganjurkan pegawai untuk jujur kepada atasan jika dirinya membutuhkan istirahat untuk memulihkan kesehatan mentalnya.

Tidak dapat dimungkiri, membicarakan kesehatan mental masih merupakan sesuatu yang dianggap tabu. Lebih mudah bagi seorang pegawai mengajukan cuti dengan alasan sakit fisik, dibandingkan alasan bahwa dia perlu beristirahat untuk memulihkan kesehatan mentalnya.

Bukan hanya berpura-pura sakit, dilansir dari BBC.com, pegawai seringkali melindungi kolega yang mereka ketahui sedang berpura-pura sakit. Sebuah survei di Inggris menemukan bahwa 66% responden tidak akan memberi tahu atasan jika mereka tahu kolega mereka absen, tetapi tidak sakit.

Memahami alasan di balik cuti sakit palsu akan membantu manajemen perusahaan di dalam memutuskan solusinya. IPC mencatat, ada 11 alasan yang memicu seseorang mengajukan cuti sakit palsu.

Bagian pertama, alasan yang terkait dengan pekerjaan dan lingkungan kerja

Pertama, budaya perusahaan

Beberapa perusahaan memberi tekanan kerja yang besar sehingga pegawai merasa sulit mengambil cuti. Tekanan yang besar ini dapat berupa keharusan bekerja berjam-jam tanpa banyak istirahat.

Hal di atas berpotensi membuat pegawai berpura-pura sakit agar dapat beristirahat dari semua tekanan pekerjaan. Ironisnya, sebuah penelitian yang dilakukan PayScale menemukan 37% pegawai memilih masuk kerja ketika benar-benar sakit dan berpura-pura sakit ketika mereka ingin bersenang-senang.

Kedua, kepemimpinan

Dalam survei yang dilakukan Com Res untuk BBC, ditemukan 58% responden merasa manajer mereka tidak siap untuk menangani sisi emosional bawahan. Chris Kerridge, seorang ahli employee engagement, mengatakan bahwa wajar jika pegawai tergoda untuk memalsukan cuti sakit karena atasan mereka tidak dapat diajak bicara.

"Perusahaan harus melatih manager agar memiliki keterampilan untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal kelelahan bawahan. Dibutuhkan pertemuan tatap muka yang teratur untuk memastikan pegawai merasa percaya diri berbicara dengan atasan secara terbuka tentang masalah apa pun yang mereka hadapi." - Chris Kerridge

Ketiga, tidak cocok dengan rekan kerja atau atasan

Tidak semua pegawai senang bekerja dengan rekan kerjanya. Ada pegawai yang takut kepada rekan kerja sehingga mereka lebih suka berpura-pura sakit daripada harus menghadapi rekan kerja tersebut setiap hari.

Sebuah studi menemukan bahwa 1% pegawai berpura-pura sakit karena mereka tidak menyukai rekan kerja atau atasan mereka.

Keempat, stres terkait pekerjaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun