Kolega Anda mendapat promosi. Masa kerjanya di perusahaan belum lama. Dibandingkan masa kerja Anda, dia termasuk pendatang baru.Â
Teman kuliah Anda meluncurkan bisnis baru. Bisnisnya berkembang pesat. Anda tahu di masa kuliah dulu dia termasuk medioker.Â
Kakak Anda berhasil mengharmonikan peran sebagai wanita karier sekaligus ibu rumah tangga. Dia baru saja dipromosikan menjadi CEO. Suami dan anak-anaknya merayakan pencapaian itu dengan sukacita.
Bukannya bahagia untuk mereka, Anda malah merasa cemburu.
Pernahkah Anda mengalami momen seperti itu? Anda ingin ikut berbahagia atas kesuksesan seseorang, namun Anda merasa kesal dan berharap Andalah yang mendapat kesuksesan itu.
Anda ingin merayakan pencapaian orang lain, tetapi Anda merasa sulit melakukannya. Julia Hogan, seorang psikoterapis, memaparkan beberapa mitos yang mungkin menjadi penyebabnya.
Mitos pertama, hidup adalah sebuah kompetisi
Menurut Hogan, cara terbaik untuk melawan mitos ini adalah dengan mengingat bahwa kita semua berada dalam satu tim yang sama. Saling mendukung dan menyemangati jauh lebih penting daripada menghancurkan satu sama lain.
Saat Anda merasakan semburat kecemburuan karena kesuksesan orang lain, ingatkan diri Anda bahwa hidup bukanlah kompetisi. Ucapkan selamat kepadanya dan doakan agar dia semakin sukses.
Belajarlah dari kesuksesannya dan ciptakan peluang untuk diri Anda sendiri. Jika memungkinkan, berkolaborasilah dengannya untuk mencapai sukses bersama.