Moody's Analytics memprediksikan bahwa tingkat kekosongan kantor di Amerika Serikat akan naik menjadi 19,4%, dibandingkan dengan 16,8% pada akhir 2019, dan meningkat menjadi 20,2% pada akhir tahun 2022.
WFH juga dapat mengubah pola konsumsi. Uang yang dihabiskan untuk transportasi, makan siang, dan pakaian kerja dapat dialihkan ke penggunaan lain. Penjualan peralatan kantor rumah, peralatan digital, dan peralatan konektivitas telah meningkat pesat.
Jadi, apakah WFH berpotensi meningkatkan atau menurunkan produktivitas?
Wawancara dengan CEO tentang WFH juga menimbulkan beragam pendapat. Beberapa CEO mengungkapkan keyakinan bahwa WFH dapat berlanjut, sementara yang lain melihat lebih banyak sisi negatif dari WFH dibanding sisi positifnya.
Salah satu hambatan produktivitas adalah konektivitas. Sebuah survei yang dilakukan oleh Institute of Social Economic Digital (ISED) terhadap 172 responden di Indonesia antara tanggal 3 – 19 April 2020 mengungkapkan 5 hambatan utama WFH.
Hambatan-hambatan tersebut adalah: di rumah banyak gangguan sehingga kurang bisa fokus (36%), internet lambat (27%), pekerjaan tidak efektif (17%), sulit mengakses informasi rahasia (10%), dan tidak memiliki peralatan yang mendukung seperti laptop dan akses internet (9%).
Jadi, apakah WFH berpotensi meningkatkan atau menurunkan produktivitas? Agaknya tidak ada jawaban yang absolut terhadap pertanyaan ini.
Model hibrida tampaknya akan menjadi alternatif yang solutif bagi beberapa jenis pekerjaan agar tetap produktif. Jika pekerjaan Anda hanya dapat dilakukan dengan WFO, tetaplah jaga kesehatan dan patuhi prokes.
Jakarta, 18 Januari 2021
Siska Dewi
Referensi: satu, dua, tiga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H