Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Betulkah WFH Berpotensi Turunkan Produktivitas?

18 Januari 2021   20:05 Diperbarui: 20 Januari 2021   02:04 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani (foto oleh jcomp/freepik.com)

Dalam dunia peradilan, meskipun sidang dapat dilakukan secara daring, namun ada kekhawatiran berkurangnya kesetaraan hukum. Beberapa terdakwa mungkin kekurangan konektivitas dan tidak dapat menjangkau pengacara yang memadai. Di sisi lain, hakim khawatir konferensi video tidak mampu memperlihatkan isyarat nonverbal.

WFH juga ditentukan oleh kemajuan ekonomi suatu negara

Kesempatan untuk WFH berbeda-beda di setiap negara. Di antara negara-negara yang disurvei, Inggris memiliki kesempatan tertinggi. Hal ini disebabkan sebagian besar dari ekonomi Inggris adalah bisnis dan layanan keuangan.

Secara teoritis, para pekerja di Inggris dapat menggunakan 1/3 waktu kerjanya untuk ber-WFH tanpa kehilangan produktivitas. Di negara-negara maju lainnya, para pekerja dapat menggunakan 28% hingga 30% waktunya untuk ber-WFH tanpa kehilangan produktivitas.

Di negara berkembang, sebagian besar pekerjaan membutuhkan aktivitas fisik dan manual di sektor seperti pertanian dan manufaktur. Potensi waktu yang dihabiskan untuk ber-WFH hanya sekitar 12% hingga 26%.

Di India, misalnya, pekerja hanya dapat menghabiskan 12% dari waktu kerja untuk WFH tanpa kehilangan efektivitas. Meskipun secara global India dikenal dengan industri teknologi tinggi dan jasa keuangan, namun sebagian besar dari 464 juta pekerja di India bekerja di bidang jasa ritel dan pertanian yang tidak dapat dilakukan dengan WFH.

Ilustrasi petani (foto oleh jcomp/freepik.com)
Ilustrasi petani (foto oleh jcomp/freepik.com)

Model hibrida sebagai alternatif

Dalam kondisi di atas, model hibrida tampil sebagai alternatif. Di Amerika Serikat, McKinsey menemukan bahwa 22% karyawan yang dapat ber-WFH antara tiga sampai lima hari seminggu tanpa memengaruhi produktivitas. Di India, jumlah mereka hanya 5%.

Analis kredit, administrator database, dan staf keuangan dapat melakukan hampir semua pekerjaan mereka dari rumah. Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan pemikiran kognitif dan pemecahan masalah, mengelola dan mengembangkan orang, dan pemrosesan data memiliki potensi terbesar untuk bekerja dari rumah.

Sebaliknya, sebagian besar pekerjaan teknisi kimia harus dilakukan di laboratorium tempat peralatan berada. Di bidang perawatan kesehatan, potensi kerja dari rumah yang efektif hanya sekitar 11%.

Dokter umum yang dapat menggunakan teknologi digital untuk berkomunikasi dengan pasien memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk WFH dibanding ahli bedah dan teknisi x-ray, yang membutuhkan peralatan dan peralatan canggih untuk melakukan pekerjaan mereka.

Model hibrida memiliki implikasi penting bagi ekonomi perkotaan

Lebih banyak orang yang ber-WFH berarti lebih sedikit orang yang bepergian antara rumah dan kantor setiap hari. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi yang signifikan, termasuk transportasi, penjualan bensin dan mobil, restoran dan ritel di pusat kota, kebutuhan akan ruang kantor, dan pola konsumsi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun