Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ayah Bunda, Ini 5 Kiat Cerdas Menetapkan Batas

3 November 2020   05:00 Diperbarui: 7 November 2020   17:56 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain (Education photo created by freepik - www.freepik.com)

Dalam suatu reuni keluarga besar, beberapa ibu muda tampak duduk mengelilingi sebuah meja. Mereka asyik bercengkerama. Pada sebuah meja lain di pojok ruangan, anak-anak berusia 3 – 5 tahun duduk melingkar, diselingi pengasuh mereka. Perhatian anak-anak ini terfokus pada gawai di tangan masing-masing.

Pemandangan yang tidak asing, bukan? Tak dapat dipungkiri, banyak orang tua menggunakan gawai untuk menenangkan anak ketika berada di tempat umum. Saat anak-anak asyik dengan gawai, orang tua dapat melakukan aktivitas lain.

Di meja lain lagi, anak-anak praremaja dan remaja duduk semeja namun tidak saling bicara. Masing-masing fokus pada gawai di tangannya. Timbul pertanyaan, apa yang dilihat dan dipelajari anak-anak dari gawai di tangan saat orang tua sibuk dengan aktivitas lain?

Barrie Gillies, editor senior majalah “Parents”, memberikan 5 kiat cerdas menetapkan batas bagi buah hati Anda. Bukan hanya dalam hal penggunaan gawai, tetapi juga dalam hal kemandirian, ketangguhan dan disiplin. Simak ulasannya di bawah ini.

Pegang Kendali

Zaman kiwari, berbagai informasi dapat diperoleh buah hati Anda hanya dengan menggerakkan jari pada gawai di tangan mereka. Informasi yang berlimpah-ruah itu seringkali membingungkan.

Anak-anak membutuhkan batasan yang dapat membantu mereka memahami dan mengelola informasi. Mereka membutuhkan arahan agar dapat membedakan mana informasi yang berguna, mana sampah.

Jika anak Anda masih balita dan sedang senang-senangnya mendengar lagu-lagu gembira, Anda dapat membuat daftar putar (playlist) khusus. Saat memilih lagu untuk dimasukkan dalam daftar putar, Anda dapat mengajak anak memilih lagu-lagu yang disukainya.

Anak usia sekolah dasar mulai tertarik melakukan eksplorasi sendiri. Tunjukkan cinta Anda dengan menetapkan batasan agar anak Anda dapat menjelajah dunia maya dan menemukan minat mereka dengan aman. Anda dapat mengatur mode terlarang (restricted mode) untuk mencegah mereka menonton film dewasa.

Biarkan Anak Belajar Mandiri

Ilustrasi anak mencuci piring (People photo created by bearfotos - www.freepik.com)
Ilustrasi anak mencuci piring (People photo created by bearfotos - www.freepik.com)

Biarkan anak Anda belajar mandiri. Memberikan tanggung jawab kepada anak, akan membantunya memupuk rasa percaya diri.

Pertama, tanggung jawab atas penampilan dan kebersihan dirinya sendiri. Biasakan mengajar anak menjaga penampilan dan kebersihan diri. Anak perlu diberi pemahaman bahwa jika dia merawat kebersihan diri dan selalu tampil rapi, itu berarti dia menghargai dirinya sendiri. Tidak ada salahnya membiarkan anak perempuan Anda belajar berdandan.

Kedua, tanggung jawab ikut ambil bagian dalam pekerjaan rumah tangga. Jika anak Anda masih balita, biarkan dia menyimpan sendiri mainannya. Biarkan dia  membawa peralatan makan ke dapur setelah selesai digunakannya. Untuk anak yang lebih besar, bolehlah beri dia kesempatan membantu membersihkan rumah dan mencuci piring.

Biarkan Anak Mencari Solusi

Ilustrasi anak bermain (Education photo created by freepik - www.freepik.com)
Ilustrasi anak bermain (Education photo created by freepik - www.freepik.com)

Apa reaksi umum orang tua ketika anak mengalami kesulitan entah dalam bermain atau belajar? Reaksi umum adalah secara spontan ingin menolong, betul? 

Ada kalanya orang tua menyadari bahwa lebih baik memberi anak kesempatan mencari solusi sendiri, namun tetap saja dia akan mengawasi si anak dengan sedikit tidak sabar dan khawatir. Bukankah begitu?

Barrie Gillies mengingatkan para orang tua agar jangan mencoba memperbaiki semuanya. Beri anak kesempatan untuk menemukan solusi sendiri. Ketika Anda dengan penuh kasih mengakui rasa frustrasi seorang anak tanpa segera bergegas menyelamatkannya, Anda mengajari dia kemandirian dan ketahanan.

Ingatlah Bahwa Disiplin Bukan Hukuman

Ilustrasi ibu sedang memarahi anaknya (Love photo created by peoplecreations - www.freepik.com)
Ilustrasi ibu sedang memarahi anaknya (Love photo created by peoplecreations - www.freepik.com)

Anak yang berperilaku buruk tentu membuat orang tua kesal. Namun, perlu diingat bahwa disiplin bukanlah hukuman. Anak yang dihukum tanpa diberi penjelasan akan merasa sangat marah, dan hal ini tidak baik bagi perkembangan psikologisnya.

Saat anak berperilaku buruk, orang tua perlu mengoreksi kekeliruan perilaku tersebut, tanpa mengabaikan emosi anak. Biarkan anak mengungkapkan emosi dan bantu anak mengatur emosi tersebut.

Untuk mendisiplinkan anak, ajak mereka menetapkan batasan-batasan. Yakinkan anak bahwa batasan-batasan tersebut berguna untuk kenyamanan bersama. Hendaknya orang tua memberi contoh kepatuhan terhadap batasan-batasan yang telah ditetapkan.

Mengajarkan disiplin pada anak bukanlah paksaan, melainkan merupakan penerapan kebiasaan yang positif. Menegakkan batasan berarti mengajari anak-anak bagaimana berperilaku di dunia dan membantu mereka menjadi kompeten, peduli, dan memegang kendali.

Fokus Pada Hal Penting Saja

Orang tua perlu ingat bahwa anak-anak tidak dapat menyerap terlalu banyak aturan sekaligus. Jika anak Anda berusia praremaja atau remaja, tak perlu berdebat dengan mereka tentang hal-hal kecil. Sesekali, biarkan mereka menggunakan bahasa gaul atau memilih model rambut yang disukai.

Ilustrasi anak berdoa (sumber: Snow photo created by wirestock - www.freepik.com)
Ilustrasi anak berdoa (sumber: Snow photo created by wirestock - www.freepik.com)

Berfokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting, seperti:

  1. Biasakan anak berdoa saat bangun tidur sebagai ungkapan syukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan kita untuk hidup.
  2. Biasakan anak berdoa sebelum tidur sebagai pengingat bahwa Tuhan tetap memelihara selagi kita tidur.
  3. Biasakan anak berbagi untuk melatih kepekaan dan kepedulian terhadap penderitaan sesama.
  4. Biasakan anak mematuhi batasan yang sudah disepakati bersama dan mengembalikan barang yang telah digunakan ke tempat semula.
  5. Biasakan anak bersikap sopan dan ingatkan bahwa berbicara kasar akan melukai hati orang lain.

Kompasianers, ulasan di atas saya buat berdasarkan pengalaman menjadi orang tua selama hampir 28 tahun serta mengamati lingkungan di sekitar saya.

Apakah Anda juga mempunyai pengalaman yang sama? Sila bagikan di kolom "komentar". Semoga bermanfaat bagi orang tua muda dan calon orang tua.

Jakarta, 03 November 2020
Siska Dewi

Referensi: satu

Baca juga: Kiat Menciptakan Momen Berkualitas Bersama Buah Hati Anda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun