Bagian kedua -- lanjutan dari artikel ini]
[Bagi dunia usaha, menganggap semua Gen Z adalah satu kelompok yang homogen, merupakan tindakan yang kurang tepat, jika tak ingin dikatakan salah.
Melalui analisis hasil survei perilaku berbelanja Gen Z, McKinsey mengidentifikasi 6 segmen konsumen. Dunia usaha perlu memahami 6 segmen ini untuk mengembangkan produk dan layanan guna memenuhi kebutuhan konsumen masa depan tersebut.
Menurut hasil survei McKinsey, di Indonesia, komposisi konsumen Gen Z terdiri dari: Brand-conscious followers (25%), Premium shopaholics (24%), Ethical 'confidents' (18%), Quality-conscious 'independents' (15%), Value researchers (14%) dan Disengaged conformists (4%).
Brand-conscious followers
Brand-conscious followers dideskripsikan sebagai segmen yang cermat mengikuti tren dan menyukai segala macam merek tetapi belum tentu suka belanja.
Segmen brand-conscious followers di Indonesia cenderung membeli secara online karena lebih efisien. Mereka tahu apa yang mereka mau, dan tidak mau menginvestasikan upaya ekstra untuk mencari diskon.
Untuk dunia usaha, brand-conscious followers adalah sumber daya yang penting. Selain karena jumlahnya yang banyak, mereka juga cenderung menjadi pengguna pertama dari produk, layanan, dan pengalaman baru.Â
Mereka senang mencoba produk yang direkomendasikan oleh influencer, dan merupakan follower dari merek yang mereka sukai di media sosial.
Seorang sepupu saya, ayah dari 3 remaja putri yang duduk di bangku SMP dan SMA, setuju bahwa salah seorang anaknya adalah brand-conscious follower.
Dia lebih ke brand oriented. Maunya segala sesuatu yang bermerek dan trendy di kalangan teman-temannya. Mungkin karena dia sudah SMA, jadi sudah mengerti jaga penampilan.
Dalam memilih barang, dia lebih percaya review dari instagrammers/influencers dibandingkan situs-situs resmi/formal. Dan karena mengikuti tren, merek yang dia sukai bisa berubah-ubah, tergantung apa yang sedang happening.