Generasi Z (Gen Z, lahir antara tahun 1995-2010) kini telah beranjak remaja dan dewasa. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2019 terhadap 320.000 rumah tangga sampel, rasio Gen Z mencapai 25,05% dari jumlah penduduk Indonesia.
Dari data di atas, terlihat bahwa Gen Z menempati porsi terbesar penduduk Indonesia saat ini. Bersama dua generasi di atasnya, yakni Gen Y yang lahir antara tahun 1980-1994 (23,24%) dan Gen X yang lahir antara tahun 1965-1979 (19,54%), populasi usia produktif di Indonesia mencapai 67,83%.
Sebagian dari Gen Z saat ini sudah lulus kuliah dan memasuki dunia kerja. Gen Z yang beranjak dewasa sudah membuat keputusan sendiri mengenai produk yang akan dibeli dan digunakannya.
Mengingat Gen Z akan segera memainkan peranan besar di pasar dalam beberapa tahun ke depan, maka penting bagi dunia usaha untuk memahami bagaimana perilaku belanja Gen Z.
Dalam upaya memahami perilaku belanja Gen Z, McKinsey & Company (McKinsey) melakukan survei terhadap lebih dari 16.000 konsumen di 6 negara Asia dan Pasifik, yakni Australia, China, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand pada paruh kedua tahun 2019.
Responden terdiri dari tiga generasi, yakni Gen Z, Gen Y, dan Gen X. Pertanyaan dalam survei tersebut mencakup sikap umum mereka terhadap dunia digital, merek, belanja, dan media.
Bagi saya yang memiliki 2 anak Gen Y dan 2 anak Gen Z, hasil survei tersebut dapat menjadi masukan awal yang berharga untuk memahami perilaku mereka. Agar pemahaman saya lebih utuh, saya mencoba mendiskusikan hasil survei yang saya rangkum dalam artikel singkat ini dengan keempat anak saya dan 2 orang keponakan saya yang Gen Z juga.
Dibanding 2 Generasi di atasnya, Gen Z lebih hati-hati menggunakan media sosial