Mohon tunggu...
Annaas Setyawan
Annaas Setyawan Mohon Tunggu... -

Lahir di Samarinda, Anak ke 2 dari 3 bersudara...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Positif Walau Tersesat

13 Februari 2015   01:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang pasti pernah tersesat, baik itu dalam arti tersesat di jalan ataupun tersesat dalam perbuatan keburukan. Di saat seperti itu apakah kita masih bisa melihat sisi positif? Tak semua orang mampu melihatnya. Kebanyakan dari setiap orang tersesat malah akan membiarkan dirinya dan menanti keajaiban Tuhan menghampiri. Entah keajaiban apa itu. Dalam kehidupan ini hidup tak selamanya lurus, jalanan tak selamanya mulus.. Membiarkan diri dalam kesalahan bukanlah jawaban atas segala kepasrahan. Bukan pula bertobat lalu kembali lagi dan kembai lagi dalam kesalahan dengan alasan itu sudah takdir dan jalan-Nya.

Pernah tersesat di jalan? Lalu apa yang dilakukan? Mencari jalan yang kita hapal dan melanjutkan perjalan pulang bukan? Mencari jalan tak semudah yang dibayangkan, mencoba sana sini tak tau apakah buntu atau malah semakin jauh. Tapi yang pasti akan tetap berpikir positif bukan? “bila aku tak melanjutkan perjalanan, selamanya aku akan tersesat”, begitu bunyi isi dalam kepala orang yang tersesat di jalan.

Jangan pernah putus asa, barangkali hari ini kau adalah orang paling banyak berdosa tapi esok siapa yang tau. Surga dan neraka adalah hak preogatif-Nya. Pandangan manusia yang menyalahkan orang bersalah tanpa melihat dari sisi lain adalah kekurangan manusia. Tapi jangan pula atas kekurangan itu kau berhak menempatkan surga dan neraka atas sesamamu, keminter namanya, melebihi Tuhan. Pandanglah orang yang lebih muda darimu dengan kebaikan, “dia lebih muda dariku, pasti dosanya masih sedikit”. Pandang yang lebih tua dengan kebaikan pula, “dia lebih tua dariku, pasti sudah banyak melakukan kebaikan dan amalnya sudah banyak”. Bila melihat yang seumuran, pandanglah dirinya dengan kelebihan, “dia lebih baik dariku, aku banyak melalakukan dosa”.

Bila hari ini kau bersalah, segeralah perbaiki dan jangan disesali. Percayalah Ar-Rahman-Nya lebih luas dibanding dosamu. Berpikir positif, barangkali Tuhan membuatku bersalah karena aku selalu sombong akan kebaikanku. Ber-positiflah. Entah karena tersesat di jalan ataupun tersesat karena keburukan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun