Mohon tunggu...
Annaas Setyawan
Annaas Setyawan Mohon Tunggu... -

Lahir di Samarinda, Anak ke 2 dari 3 bersudara...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teko dan Hati

16 Februari 2015   14:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:06 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkisahkan seorang manusia pergi menuntut ilmu, “ilmu tak bersalah kenapa pula kau tuntut?”, begitu kata hati manusia tadi. Dia pergi dengan menghiraukan pertanyaan dari hatinya walau begitu dia tetap memikirkan jawabannya. Ilmu memang tak pernah bersalah, namun kitalah yang salah karena tak menuntutnya. Terlebih ilmu agama. “Halah ilmu agama telah banyak kau dapatkan dari sejak sekolah dasar hingga tua ini, dari buku dan dari nasehat yang kau dapatkan dari guru-gurumu.” Begitu pula jawaban hatinya membantah.

Teringat pesan emak dulu, bila kau ingin pergi belajar maka kosongkan dulu hati kau dari kesombongan ilmu yang kau punya. Walau ilmu yang kau dapat dah banyak dari guru  sebelumnya  namun terkadang gurumu bisa saja khilaf dan lupa menjelaskan sesuatu yang terlewat. Ibarat hati kau itu teko dah penuh dengan air, tak bisa lagi diisi air karena penuh. Begitu pula ilmu tak masuk pada hatimu yang sombong karena ilmu yang kau punya.

Terkadang pertempuran antara hati dan teko terjadi hanya karena masalah sepele, “ah, materi ini sudah pernah kamu dapatkan buat apa lagi kamu duduk di sini. Pulang saja dan lebih baik menonton tv.” Begitu kata si hati. Namun teko itu kembali berbincang, “sudahlah duduk saja dulu di sini, dengarkan lalu resapi. Bukankah materi sudah kau lupa karena jarang kau praktekkan.” Teko pun mengingatkan agar hati mengosongkan isinya dari kesombongan.

Syukurlah bila hati bisa kembali berdamai dengan memaksakan diri. Jangan mau kalah dengan isi hati yang bernama kesombongan. Sering terlintas sering pulalah meminta maaf. Beristigfar.

“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab buah yang manis tak kan berbuah bila tak ditanam”. –Al-Hikam-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun