Jepara, Mantab sih!
Mari Saya Ajak Anda Melihat Kedamaian Antar Agama diAcara tahunan maulid nabi agung Muhammad saw di desa Guyangan Bangsri Jepara ini sangat indah dan nampak berbeda dari acara maulid pada umumnya,  mencerminkan nilai-nilai  ajaran nabi SAW, menjaga kepercayaan antar sesama yang berbeda. Acara yang dipimpin oleh ustad Nur Alim (pimpinan syiah Guyangan) ini benar-benar berhasil menyatukan umat islam dari berbagai latar belakang dan keyakinan, Sunni, Syiah, Muhammadiyah bahkan ada juga yang hadir dalam acara ini yang bukan dari agama Islam, melainkan katolik, sangat menambah warna pelangi indah perbedaan.Â
Pengajian yang dihadiri mulai  dari petinggi desa dan jajarannya, lalu ketua MUI cabang Bangsri, para pembaca qasidah ( anak-anak pesantren Darut Taqrib Jepara), para Habaib, dan juga penceramah undangan dari Demak, Gus Abdul Qodir Lc. MA,  berjalan dengan lancar. Dari sekian banyak  fasilitas yang telah disediakan para panitia  mulai tempat duduk, konsumsi dan dai penceramah semuanya bagus luar biasa, semoga langkah kaki dan keikhlasan hati mereka mendapat balasan yang besar disisi Allah, amin. Hanya saja kalau boleh saya sarankan, untuk waktu sangatlah kelamaan. Acara dimulai dari pukul 19:30 hingga 23:30, empat jam  bukan lah waktu sebentar, banyak dari para hadirin yang menggumam di belakang akibat durasi tersebut, ya termasuk saya ini.  Semoga ini juga ketika rapat evaluasi para panitia akan menjadi pertimbangan ke depan. Rata-rata acara maulid atau pengajian standarnya dua jam setengah atau paling banter tiga jam.
Sambutan kedua setelah petinggi desa Guyangan adalah Ust Nur Alim. Saya sangat salut dan memang harus angkat jempol untuk beliau. Pilihan bahasa,durasi waktu, tema yang disampaikan sangatlah sesuai bagi siapa saja, hanya persatuan dan kebersamaan yang menjadi tujuan bersama.  Bahasa jawa krama  halus yang lancar dan penguasaan audiens yang total sungguh menghipnotis jama'ah yang hadir. Tema yang diangkat dalam acara ini adalah " Hubbu nabi, yajmauna",  artinya adalah mencintai nabi, menyatukan kita atau mengumpulkan kita.  Sangat cocok dengan Indonesia yang penuh keragaman. Menghargai perbedaan dengan mengadakan acara seperti ini, memang arus terus dilanjutkan. Kolaborasi yang di antaranya penceramahnya adalah berlatar belakang Islam ahlu sunnah( sunni) lalu jamaah hadirin nya adalah syiah, sunni, muhammadiyah, sangat layak di apresiasi, damai.
Yang paling  ditunggu selain mauizah hasanah  dalam mengikuti acara-acara maulid seperti ini adalah ketika alat-alat hadrah mulai di taboh dengan penuh semangat.  Ketenangan dan ketentraman memenuhi hati hingga paling terdalam mungkin majas ini yang cocok digambarkan. Alunan musik yang keluar dari hadrah adalah vitamin dan energi pemompa mencintai nabi agung dan keluarganya.  Kemudian setelah gendang hadrah berhenti untuk beberapa menit, Lantunan syair khas arab penuh makna tinggi dan gaya bahasa yang tidak dimiliki bahasa lai sungguh menggetarkan hati bagi para yang paham artinya.
Jamaah benar-benar menikmatinya, wahai kekasih Tuhan kami, wahai kecintaan penduduk langit dan bumi, terimalah rasa cinta yang belum stabil ini. Lisan kami mengatakan mencintai, amat sangat mencintai, tapi terkadang jauh dari apa yang engkau ajarkan.
Kali ini saya dan dan kaka perempuan juga ponakan lumayan apes duduknya, sebab cukup terlambat datangnya, makanya dapat tempat yang agak kurang nyaman. Tempat kosong yang telah disediakan hanya tinggal di depan sound system, yang ketika hadrah didendangkan, telinga saya serasa pecah. Ya allah ya nabi, tapi kami tetap sabar dan menikmati.
Syair yang masyhur dibacakan dalam acara maulid,
Â
Marhaban Ya Nuurol 'Aini
(Selamat datang wahai cahaya mataku)