Hampir setiap orang bila mendengar bulan September adalah bulan yang identik dengan kebahagiaan, layaknya lantunan lagu September Ceria yang diciptakan James Freddy Sundah dan dipopulerkan oleh artis pesohor di negeri ini, Vina Panduwinata. Namun sesungguhnya, apabila kita telisik lebih dalam, terdapat satu tragedi yang tidak mungkin dilupakan sejuta umat rakyat Indonesia bahkan sudah menjadi salah satu sejarah negara kita yang sangat kelam, yaitu tragedi Gerakan 30 September atau yang lebih akrab dikenal dengan G30S/PKI.
Saya sengaja tidak menghilangkan penggalan PKI pada singkatan tersebut, karena yang menjadi aktor, dalang, pelaku kejahatan tragedi 1965 sepenuhnya ulah dari PKI, sehingga sudah selayaknya penggalan singkatan tersebut tetap dipertahankan.
Tapi, ada poin penting yang perlu diketahui supaya tidak menjadi salah kaprah, PKI yang dimaksud adalah orang-orang yang berpartisipasi pada kerusuhan dan penculikan tahun 1965 di beberapa daerah, diantaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Bali, dan Nusa Tenggara Timur, meskipun operasi yang dilakukan PKI di daerah Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Bali, dan Nusa Tenggara Timur tidah membuahkan hasil.
Terkadang masih muncul polemik-polemik di kalangan masyarakat yang belum tahu atau mungkin saja lupa apa itu G30S/PKI. Atau bahkan ada yang menganggap bahwa itu merupakan tragedi biasa yang nggak salah kalau termakan oleh zaman. Disini saya akan sedikit menelaah kalau G30S/PKI adalah tragedi yang harus senantiasa ada didalam benak kita.
Apa buktinya kalau PKI merupakan organisasi haram di Bumi Khatulistiwa ?
Sejumlah buku-buku referensi sejarah tentang 1965 yang pernah saya bedah, ada satu buku yang cukup menarik karena merincikan rentetan awal mula terbentuknya PKI hingga penumpasannya. Disini saya akan sedikit mengupas ulang sejarah terbentuknya PKI hingga pemberontakannya agar kita bisa memahami bersama.
Ajaran Komunis dibawa oleh Sneevliet, orang berkebangsaan Belanda pada tahun 1914. Ia menyusupkan pengaruhnya pada kelompk buruh kereta api di Semarang sehingga kelompok tersebut cenderung melakukan aktivitas radikal.
Pada masa itu, Sarekat Islam (SI) adalah organisasi yang besar, sehingga Sneevliet juga tertarik menanamkan pengaruhnya di organisasi SI. Orang Indonesia pertama yang tertarik ajaran ini adalah Semaoen (Pimpinan SI cabang Semarang) dan Darsono (seorang Wartawan sekaligus anggota SI).
Secara de facto,organisasi PKI dibentuk pada Mei 1924, tetapi secara de jure PKI resmi dan sah menjadi organisasi pada bulan Juni 1924 berdasarkan Konggres Perserikatan Komunis Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Anggota Perserikatan Komunis Hindia Belanda itu sendiri merupakan pecahan dari SI yang mendeklarasikan dirinya sebagai SI Merah, diantaranya Darsono, Semaoen, Alimin, Musso, dan Tan Malaka.
Pengaruh ajaran komunis di SI semakin kuat. Hal ini dibuktikan dengan pergolakan fisik dengan pemerintah Hindia Belanda di beberapa daerah, yaitu Jakarta, Banten, Priangan, Surakarta, Kediri, dan Silungkang.
Sejak pra kemerdekaan, PKI memang sudah sering melakukan kegiatan-kegiatan yang cenderung ekstrim dan mengganggu pemerintahan Hindia Belanda. Bahkan menjelang kemerdekaan Indonesia, PKI sendiri absen dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).