Sekitar beberapa bulan lalu saya melihat-lihat video terkait Ahok yang diupload dari Youtube. Sepintas saya melihat komentar dari para pengunjung dan peng-subscriber video berdurasi pendek tersebut. Mirisnya masih banyak komentar-komentar yang sangat jauh dari kata sopan. Perdebatan panas antara kubu pro DPRD, pro Ahok bahkan kubu netral pun tidak bisa dihindari. Sebenarnya yang dinamakan perdebatan itu tidak disalahkan, justru adanya forum debat untuk memberikan solusi dari sekian permasalahan yang tak berujung kelar. Tetapi alangkah baiknya jika isi/materi dari perdebatan mengandung kalimat yang lebih membangun.
Tentu hal ini sangat disayangkan, karena isu yang diangkat tidak menjurus ke permasalahan Ahok VS DPRD melainkan menjurus ke masalah SARA. Jelas yang namanya Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Suku Aceh hingga Marind Anim, 6 agama, ribuan bahasa tentu saling toleransi terhadap kata “SARA”. Kemajemukan itulah yang harus dibanggakan oleh kita semua karena itu merupakan salah satu “Maskot” bangsa Indonesia.
Mulutmu harimaumu. Selalu pandai memilah dan memilih materi yang ingin disampaikan. Satu kata kesalahan bisa menimbulkan multitafsir yang membingungkan penerima materi. Sudah saatnya kita menghapus budaya menghina SARA yang tidak bermanfaat. Berkaca kepada kasus di Tolikara, isu SARA yang terjadi disana pada akhirnya memicu keamanan nasional NKRI.
Salam Indonesia !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H