Mohon tunggu...
Mbak Celsa
Mbak Celsa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Soekarno Pemimpin yang revolusioner tapi tidak otoriter Sang proklamator yang tidak koruptor Bermartabat dan tidak memakan uang rakyat Sangat Indonesia-is dan Pancasila-is

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ahok VS DPRD, “Jangan Ada SARA di antara Kita”

31 Juli 2015   14:05 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:00 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar beberapa bulan lalu saya melihat-lihat video terkait Ahok yang diupload dari Youtube. Sepintas saya melihat komentar dari para pengunjung dan peng-subscriber video berdurasi pendek tersebut. Mirisnya masih banyak komentar-komentar yang sangat jauh dari kata sopan. Perdebatan panas antara kubu pro DPRD, pro Ahok bahkan kubu netral pun tidak bisa dihindari. Sebenarnya yang dinamakan perdebatan itu tidak disalahkan, justru adanya forum debat untuk memberikan solusi dari sekian permasalahan yang tak berujung kelar. Tetapi alangkah baiknya jika isi/materi dari perdebatan mengandung kalimat yang lebih membangun.

Tentu hal ini sangat disayangkan, karena isu yang diangkat tidak menjurus ke permasalahan Ahok VS DPRD melainkan menjurus ke masalah SARA. Jelas yang namanya Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Suku Aceh hingga Marind Anim, 6 agama, ribuan bahasa tentu saling toleransi terhadap kata “SARA”. Kemajemukan itulah yang harus dibanggakan oleh kita semua karena itu merupakan salah satu “Maskot” bangsa Indonesia.

Ada salah satu komentar visitor yang mencuatkan dan menghina ras Tiongkok sampai mengundang reaksi dari berbagai belah pihak. Jujur saja aksi ini jika dibiarkan justru akan menciptakan karakter pemberontak. Sangat berbahaya apabila budaya ini dilestarikan. Jika di proyeksikan kepada isu geopolitik di dunia dikhawatirkan dapat memicu konflik. Ibarat pepatah “orang tersandung bukan karena batu yang besar, tetapi batu yang kecil”. Mohon koreksinya kalau salah.

Mulutmu harimaumu. Selalu pandai memilah dan memilih materi yang ingin disampaikan. Satu kata kesalahan bisa menimbulkan multitafsir yang membingungkan penerima materi. Sudah saatnya kita menghapus budaya menghina SARA yang tidak bermanfaat. Berkaca kepada kasus di Tolikara, isu SARA yang terjadi disana pada akhirnya memicu keamanan nasional NKRI.

Untuk itu, sebagai masyarakat Indonesia yang berkualitas, ayo kita kembangkan potensi di dalam diri kita. Tidak harus dengan mencaci maki orang lain. Kalau ingin bersaing secara sehat, tanpa intervensi yang merugikan. Akhir kata penulis mengucapkan maaf jika artikel ini masih kurang berkenan. Hanya sebatas uneg-uneg penulis yang ingin mengajak masyarakat mencapai kredibilitas yang lebih baik.

Salam Indonesia !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun