Ditengah isu ekonomi yang semakin huru hara dan perlahan merambat ke sektor lainnya, mulai muncul para investor dari negeri tirai bambu yang akan menjadi superhero baru di panggung perekonomian Indonesia. Bagaimana tidak, munculnya sang superhero mampu menyelamatkan masyarakat yang berada di bui kemiskinan. Meskipun secara umum terbukti memberikan lahan pekerjaan kepada seluruh masyarakat, secara khusus kita perlu melacak jejak para investor ini.
Sejarah singkatnya, pada masa pemerintahan Mao Zedong, ia menerapkan kebijakan pintu terututup dan sosialisme ortodoks yang justru menyengsarakan rakyat Tiongkok. Setelah pemerintahan RRT dipegang oleh Deng Xiaoping, ia menciptakan gagasan dasar yang kemudian menjadi kebijakan baru dalam bidang perekonomian, yaitu mendorong seluruh warganya agar ikut terlibat aktif dalam kegiatan perdagangan dan meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Maka jangan heran kalau Indonesia menjadi salah satu sasaran dari para pemegang saham dari Tiongkok. Negara Indonesia bukan penghasil singkong. Emas, batubara, gas, uranium tersebar di berbagai penjuru dari Sabang sampai Merauke. Lambat laun perusahaan Tiongkok dibangun dan mulai beroperasi. Namun tidak hanya bergerak di bidang industri, terdapat juga kaum elit Tiongkok yang menanam saham besar-besaran karena paham betul dengan kondisi lingstra Indonesia yang kaya akan SDM, sedangkan dari kualitas SDA sendiri masih tergolong kurang. Kalau ini dibiarkan terus-menerus, mau dibawa kemana NKRI ini ? Mungkin lagu wajib “Dari Sabang Sampai Merauke” hanyalah sebuah lagu.
Sebagian besar produk lokal perlahan mulai digusur. Ibaratkan pedagang, kalau lapaknya digusur orang, alhasil reaksi marah muncul. Gambaran itu sudah terlihat pada dinamika sosial saat ini dimana kondisi perekonomian sedang melilit ditambah Kerusuhan yang semakin bangkit diadu oleh para petinggi kita yang sedang terjepit. Ditengah hiruk pikuk ini, kemudian muncullah Aseng yang bertindak sebagai wasit. Kalau tidak bangkit, cepat atau lambat Indonesia bisa jadi pailit.
Kalau dulu mereka hanya bisa membuat rakit dan tembok raksasa, sekarang mereka mahir memproduksi semua jenis barang. Bahkan saat ini RRT dijuluki kekasih dunia. Tanpa ia, lainnya tiada guna. Jaring yang luas inilah yang membuat RRT semakin disegani dalam skala global, regional maupun internasional. Ini hanya gambaran besar peta lintasan politik negeri Panda berdasarkan catatan sejarah penulis. Kalau ada salah tafsir mohon dikoreksi.
Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar didunia, negeri nyiur, negeri seribu candi, dan masih banyak lagi julukan. Berkat era globalisasi yang semakin luwes, maka negara maju saat ini memberi julukan Indonesia sebagai negeri konsumen, negeri penghasil bahan mentah dan negeri sarang investor. Tidak menutup kemungkinan julukan tersebut dijadikan sebagai paradigma oleh sebagian atau bahkan keseluruhan kaum borjuis sehingga antusiasme semakin melekat hingga mendarah daging. Andaikan burung Garuda bisa berbicara, ia pasti lebih memilih memalingkan kepalanya.
Maka benar nyatanya quotes Soekarno yang berbunyi “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri” tercermin pada tatanan kehidupan saat ini.
Modal utama untuk membawa NKRI menjadi lebih sejahtera adalah niat. Niat untuk kembali membangun dan memberdayakan potensi penerus bangsa harus ditumbuhkan. Tidak harus menunggu duduk di kursi Paud, semenjak memahami bahasa harus sudah dicekok oleh Pancasila. Setelah itu sangat penting untuk memahami geopolitik yang mampu mengarungi dunia sehingga dengan begitu sangat mudah untuk membaca situasi dan memberikan prediksi kedepannya. Wahai generasi bangsa, sadarlah musuh di depan mata.
Akhir kata, penulis mohon maaf kalau masih banyak salah dalam pembuatan artikel ini. Penulis masih dalam tahap belajar dari menganalisa isu yang sedang berkembang. Salam Indonesia.