Mohon tunggu...
Anna Risnawati
Anna Risnawati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bukan penulis hanya suka corat-coret dan bahagia jika bisa berbagi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dicintai Pria Biseks

9 Februari 2014   23:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:00 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terhenyak mendengar penuturan temanku yang membawa kabar duka tentang pria itu. Sosok pria bertubuh sedikit gemuk, berkulit putih dengan muka oriental. Kalau soal muka aku tidak pernah tahu apakah dia berdarah keturunan atau cuma mirip. Kabar duka ini tentang kematian pria tersebut beberapa bulan yang lalu karena sakit yang dideritanya. Untuk sesaat anganku melayang beberapa tahun silam.

--------------------------------

Aku sama sekali tidak pernah menyangka jika perkenalanku di bis antar kota jurusan Bogor – Tangerang dengan sosok pria berkulit putih berwajah oriental itu akan berkelanjutan. Kebetulan kami duduk berdampingan. Dia sosok pria yang sopan saat memperkenalkan dirinya. Dan bekerja di salah satu perumahan ternama di Bogor seperti halnya diriku. Hanya saja aku bekerja di Tangerang.

Perkenalanpun lanjut dengan tukar menukar nomor telepon. Sejak saat itu telepon rumah kost dan hapeku sering berdering. Teman-teman di kost sudah hafal dengan ulah pria ini yang juga sering menyambangiku di kost-kostan. Karena apa ? Pria ini memang baik makanya kedatangannya lebih ditunggu teman-teman kost daripada diriku sendiri. Tebak ! Yah, dia paling suka bawa makanan, karena tahu kalau makhluk yang bernama cewek itu doyan ngemil.

Pdkt alias pendeketan mulai dia lakukan. Dia merasa diterima di lingkungan kostku. Dari teman-teman hingga si ibu pemilik kost-kostan sangat welcome dengan kehadirannya. Dan kamipun sering jalan bareng. Makan diluar bahkan jika di kantornya ada acara promo atau launching cluster baru pasti undangan darinya akan mampir. Bukan karena aku calon pembeli potensial tetapi lebih untuk menemaninya di acara tersebut. Dia sepertinya menginginkan aku untuk masuk ke lingkungannya. Meskipun sampai di tahap ini aku masih menganggapnya sebagai teman tetapi “indera rasaku” memang sudah berdering kalau dia ada rasa suka terhadapku.

Ada ganjalan yang kurasakan dengan lingkungannya. Pergaulannya yang luas bukan saja dari kalangan pengusaha tetapi juga artis-artis terkenal membuatku ciut. Bukan karena minder tetapi aku tidak suka dengan lingkungan yang hingar bingar. Pergaulan dengan artis-artis tidak semua bisa menjadi tuntunan justru sebaliknya banyak yang menjadi tontonan. Dia sosok yang terlalu baik sehingga sering menjadi korban “palak” para artis wanita dan pria. Tidak sedikit wanita yang menggerogoti kekayaannya. Biasalah kalau wanita tidak jauh-jauh dengan urusan traktir makan atau minta dibelikan ini itu. Lhah, kalau dipalak pria ?

Hingga suatu ketika saat sedang ngobrol berduaan di ruang tamu , hapenya berdering. Dia sempat ngeliat sesaat kemudian didiamkan. Hape itu berdering lagi dan dia tetap membiarkan saja. Jelas aku merasa terganggu. Kutanya dia dengan suara agak kencang. Telepon dari siapa ? Kenapa tidak mau mengangkat ? Dia menjawab bahwa itu telepon dari seorang artis pria. Ketika dia menyebut sebuah nama, aku terkesiap. Aku tahu siapa sosok artis pria yang disebutnya itu. Artis pria terkenal, yang aku juga tahu sepak terjang si artis itu.

Dia melihat rona wajahku yang berubah saat harus mengucap sebuah nama karena kupaksa. Seketika itu juga apa yang ada dalam benakku seakan luruh semua tak bersisa. Pikiran negatifpun bermunculan memenuhi benakku. Apakah dia juga begitu ?

Beberapa hari kemudian kuputuskan untuk pindah kost. Selain karena memang jauh antara kost dan tempat kerja ( aku kerja di Tangerang dan kost di Bogor ), aku juga ingin menjauh darinya. Dia memohon-mohon padaku untuk tetap kost disitu dan bersikeras akan membayar biaya kost tiap bulannya serta akan membiayai seluruh hidupku asal aku tidak pindah ke tempat lain. Tetapi aku tetap pada pendirianku. Aku tidak butuh uangnya,. Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Kenapa aku seakan kecewa begitu mendalam ? Apakah mungkin tumbuh harapan di hatiku sedangkan aku merasa tidak siap dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapanku ?

Kekuatiranku selama ini terbukti sudah. Pergaulannya dengan artis-artis yang sedari awal tidak kusuka menuai badai yang merusak kehidupannya. Tanpa disadarinya pergaulannya dengan pria tersebut membawa perilakunya mendekati perilaku homoseksual. Orientasi seksualnya yang tadinya normal menjadi menyimpang kemungkinan karena pergaulannya yang begitu dekat dengan salah satu pria yang mempunyai kecenderungan perilaku homoseksual.

Meskipun suatu ketika dia mempunyai kekasih seorang wanita tulen, tetap saja perilakunya akan kembali jika dia tidak dapat menahan godaan para pria homoseksual dan menjadikan dirinya biseksual. Aku tidak tahu sampai sejauh mana perbuatan menyimpangnya itu. Kenapa aku berani mengatakan perbuatan menyimpang ? Semua itu terlihat dari raut mukanya yang merasa bersalah saat menerima telepon dari si artis itu. Di satu sisi dia tidak berani menolak karena sudah berteman dengan pria itu duluan daripada denganku. Di sisi yang lain dia menginginkan suatu kehidupan yang normal dengan mencintai wanita.

Apakah dia bisa dikategorikan pria biseks ? Mungkin saja dia masih taraf coba-coba untuk menambah pengalaman seksualnya tetapi tetap ingin mencintai seorang wanita. Atau dia masih tahap digoda oleh mereka untuk bisa masuk ke lingkungan para homo. Atau perilakunya sudah terlalu jauh dan malah bisa dikategorikan seorang homo. Semua tanya masih bergelayut di pikiranku.

Yang jelas dia masih mengejarku dengan memutuskan untuk pindah kerja menjadi manager di salah satu hotel di Tangerang. Alasannya ? Ingin dekat denganku. Dan mengatakan bahwa dia sudah tidak berteman lagi dengan si artis pria itu meski harus mendengar sumpah serapahnya. Dia ingin memulai kehidupan yang baru dengan adanya aku disisinya. Kuhargai keputusannya, meskipun tetap tidak merubah keinginanku untuk hanya menjalin persahabatan saja. Rasa yang sudah luruh tidak mungkin terbangkitkan lagi karena berbalut ketakutan jika dia kembali berbuat menyimpang.

Sampai akhirnya berita duka itu datang yang mengabarkan bahwa dia meninggal karena sakit. Entah sakit apa aku tidak tahu, sebab sudah sekian tahun aku meninggalkannya dan tidak pernah menjalin komunikasi lagi. Pria lembut dan baik hati itu telah pergi untuk selamanya meninggalkan guratan kasih yang tak berbalas. Selamat jalan….semoga tenang dan diberikan tempat yang baik di sisi Allah SWT.

Dan sang artispun terlihat masih sendiri hingga kini…….

Salammm…….


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun