Medan yang berat dan sulit dijangkau kini tidak lagi menjadi halangan bagi jurnalis untuk mencari berita. Hadir sebuah terobosan baru yang lebih canggih yang dinamakan backpack journalism. Sesuai dengan namanya, backpack journalism menggunakan beberapa perangkat portable yang dimasukkan kedalam ransel yang mudah dibawa kemana saja. Dengan perangkat ini, sangat memungkinkan bagi seorang jurnalis untuk melakukan liputan hanya seorang diri saja. Biasanya saat liputan minimal ada reporter dan kameraman, tapi teknologi muthakir yang satu ini bisa membuat satu orang bertindak sebagai reporter sekaligus kameramen dalam sebuah liputan.
Awalnya pada pertengahan tahun 1990an teknologi ini digunakan oleh para jurnalis dari The New York Times. Selanjutnya pada Bulan September tahun 2001 saat di Afganistan dan Pakistan sedang hangat pemberitaan tentang penangkapan teroris yang dimuat di sebuah website khusus, ternyata jurnalis yang meliput dan mengunggah berita ke website tersebut menggunakan teknologi ini. Hal ini dikarenakan mereka memikirkan faktor kemudahan dalam liputan. Hanya dengan satu orang saja yang pergi ke tempat kejadian, maka tidak lama kemudian berita sudah bisa sampai ke masyarakat dan diunggah ke website.
Danlam ransel backpack journalism terdapat beberapa device yang mendukung liputan antara lain handycam, micro wireless, laptop, alat perekam suara, kamera digital, serta modem untuk sambungan langsung ke internet. Jurnalis saat itu juga bisa melakukan peran lain disamping menjadi reporter dan kameraman. Ia bisa langsung mengedit gambar foto maupun video dan mengunggahnya dengan cepat. Berita yang disajikan berkat bantuan perangkat backpac journalismpun busa dikatakan berita yang hangat dengan aspek kebaruan (novelty) yang tidak diragukan lagi.
Jurnalis baik itu dari media cetak, elektronik maupun online bisa menggunakan alat ini dalam liputan. Hal yang membedakan hanyalah pada cara pengemasan beritanya. Jika di media cetak, maka akan disajikan tulisan beserta foto saja. Sedangkan di media elektronik maupun online bisa disertai video dan atmosfer sound yang sangat jelas bisa didengar sehingga menambah daya tarik pemirsanya untuk terus mencari informasi yang terbaru setiap saat. Dalam backpack journalism, tak dapat dipungkiri bahwa jaringan internet menjadi satu sarana pendukung yang memudahkan berita sampai lebih cepat dibandingkan pada jaman dahulu dimana kendala yang terbesar untuk pengiriman berita adalah diperlukan waktu yang cukup lama.
Dalam sebuah website (www.american.edu) diterangkan secara lengkap bagaimana persiapan penggunaan perangkat backpack journalism serta software dan hardware pendukung yang sekiranya wajib dimiliki untuk mendukung performa dan kualitas siaran yang akan dilakukan. Adapun perangkat keras dan lunak yang disarankan untuk jurnalis masa kini antara lain:
1. 15” Mac Book Pro
2. Processor 2,4 Ghz Intel Core 2 Duo
3. Memory: 2 gb RAM, 120 gb hard drive or larger (4 gb preferred)
4. Hard drive 250 gb
5. DVD-RW Super Drive
6. Firewire and USB ports
7. Wireless internet
8. Manchitos OS x
9. Microsoft office for manchitos
10. Quicktime pro
11. Minimum 250 gb external hard drive with fireware connection. 7200 RPM USB hard drives are not adequate for video.
Penggunaan perangkat backpack journalism juga telah dilakukan oleh Metro TV. Pietomo, seorang karyawan Metro TV biro bagi Metro TV biro Yogyakarta, teknologi ini masih tergolong baru. Sebelumnya mereka mengalami kesulitan dalam melakukan liputan yang sifatnya genting dan harus segera dilaporkan, sedangkan medan yang harus ditempuh sangat berat sehingga tidak memungkinkan peralatan siaran yang lengkap sampai juga ke tempat kejadian perkara (TKP). Kini dengan adanya inovasi baru perangkat liputan ini, hanya dengan satu orang jurnalis saja Metro TV bisa dengan cepat dan akurat mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Bagaimana dengan jurnalisme online? Di masa kini sudah barang tentu kecepatan berita yang muncul pada media online menjadi senjata nomer satu tetap eksisnya sebuah media massa online. Internet sebagai salah satu perangkat yang wajib ada akan sangat membantu proses produksi berita. Jika kita lihat, selain menggunakan backpack journalism kit, kini media massa online cenderung senang menggunakan smartphone sebagai sarana untuk mengirimkan berita langsung dari lapangan. Siapapun memang bisa melakukan hal ini asalkan memiliki smartphone yang mendukung seperti blackberry dan android. Namun jika pengiriman hanya dilakukan menggunakan perangkat smartphone, maka hasil liputan hanya bisa dalam bentuk tulisan maupun foto dan video dengan kualitas gambar yang rendah.
Penggunaan smartphone dalam pencarian berita di Indonesia dilakukan oleh hampir semua media online, contohnya tribunnews.com. yang menjadi pertanyaan, apakah dengan hanya menggunakan sebuah smartphone ini bisa juga digolongkan sebagai backpack journalism? Secara prinsip keduanya sama-sama bisa membantu proses liputan cepat selesai tanpa memerlukan peralatan yang konvensional seperti parabola untuk menangkap sinyal. Keduanya juga menggunakan internet sebagai sarana pengiriman data beruba tulisan, foto maupun video, walupun dari segi kualitas atau resolusi gambar dan video akan terlihat beda sekali. Dengan smartphone satu orang jurnalis saja juga bisa melakukan dua peran sebagai kameraman dan wartawan.
Menurut saya, jurnalisme yang menggunakan smartphone untuk liputan bukanlah termasuk backpack journalism. Walaupun dalam beberapa aspek ada kesamaan, namun jika hanya menggunakan smartphone kegiatan jurnalis dalam liputan tidak lengkap, pasalnya seperti dikutip dari www.american.edu yang juga telah disebutkan sebelumnya, smartphone tidak menjadi salah satu perkakas dalam backpack journalis. Konsep backpacker sendiri sudah identik dengan tas ransel yang besar dan berisi lengkap apapun yang sekiranya dibutuhkan oleh sang backpacker.selain itu, medan yang sulit serta nyali yang lebih besar menjadi salah satu karakter backpacker. Kalau hanya dengan berbekal satu buah smartphone dan mungkin beserta charger portable, maka sensasi backpackerpun kurang terasa.
Di masa depan, mungkin perangkat backpack journalism tidak akan lagi menjadi barang mewah bagi para jurnalis. Mereka bisa liputan sambil melakukan apapun yang mereka suka asalkan tetap memiliki target dan selalu mematuhi deadline. Saya melihat adal beberapa kekurangan dari backpack journalism ini, selain berbagai keunggulan seperti mudah dibawa. Sisi kerjasama antar sesama anggota team akan hilang. Mereka cenderung mencari berita terpisah sendiri-sendiri. Bentuk kerjasama hanya akan terlihat mungkin pada saat rapat awal perencanaan liputan. Setelah berita yang mereka dapatkan muncul di portal berita maupun televisi, maka kerjasama mereka selesai.
Koordinasi tatap muka pada saat melakukan proses liputan menjadi jarang ditemui. Walaupun memudahkan, backpack journalism sebaiknya hanya digunakan pada saat benar-benar mendesak dan tidak memungkinkan semua kru terjun ke lapangan. jika di masa depan backpack journalism kit menjadi andalan setiap wartawan, maka ada kekhawatiran solidaritas antar jurnalis yang berada dalam satu payung media nyaris tidak akan bisa ditemui dimanapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H