SERI 69
“Hei, kok melamun?” kata Kanjeng Adipati Kandhadaha pada istrinya, ”Pasti melamunkan anakmu Dewi.”
Kanjeng Ayu Adipati hanya tersenyum mendapat teguran suaminya itu. Lamunannya tentang prosesi perkawinan Dyah Ayu Ciptarasa dalam kepalanya, lenyap seketika.
“Sebaiknya si Lutung itu di tempatkan dekat taman kaputren agar Dewi punya hiburan,” usul Kanjeng Ayu Adipati yang langsung disetujui Kanjeng Adipati. Seorang bujang pun disuruh memanggil Emban Khandeg Wilis dan Dyah Ayu Dewi Ciptarasa di taman kaputren.
“Hei, Lutung Kasarung, ayo salaman dan beri hormat pada Ndara Putrimu dan emban pengasuhnya,” perintah Kanjeng Adipati ketika melihat Sang Dewi dan Emban Khandeg Wilis tiba.
Wajah Sang Dewi yang biasa muram, langsung ceria dan seyumnya mengembang begitu melihat monyet yang berkulit bersih, halus lagi pula cerdas dan lucu itu. Si Lutung langsung memberi hormat kepada Sang Dewi dan mengajak salaman. Demikian pula kepada Emban Khandeg Wilis.
“Kanjeng Rama, cakap banget monyet ini! Untuk Dewi, Kanjeng Rama?” kata Sang Dewi setengah berteriak. Tanpa ragu-ragu diangkatnya si Lutung dan didekapnya bagaikan sebuah boneka mainan. Ketika melihat pita kuning di leher si Lutung, tiba-tiba Sang Dewi ingat sesuatu. Tanpa ragu-ragu lagi Sang Dewi yang memang cerdas itu, langsung tahu bahwa pita kuning di leher si Lutung itu berasal dari selendang sutra kuning yang pernah diberikan kepada Raden Kamandaka. Sang Dewi pun langsung bisa menebak bahwa lelaki yang membawa si Lutung itu pastilah abdi kepercayaan Raden Kamandaka.
“Siapa namamu?” tanya Sang Dewi langsung menatap wajah Rekajaya yang duduk di lantai itu.
“ Hamba Rekajaya, Ndara Putri,”
“Kanjeng Rama, juru taman Ndalem Kadipaten masih kurang. Bagaimana kalau Rekajaya diangkat jadi juru taman Ndalem Kadipaten agar pohon-pohon, tanaman bunga, dan rumput-rumput yang tumbuh di taman ada tambahan tenaga yang mengurus dan merawatnya?” kata Sang Dewi mengajukan usul kepada Kanjeng Adipati. Seakan-akan Sang Dewi langsung tahu apa isi hati Rekajaya yang sebenarnya.
“Hei, Rekajaya, aku ucapkan terimaksih atas persembahanmu si Lutung Kasarung yang cerdas dan lucu itu. Berapa aku harus membayarmu dan apa pula permintaanmu kepadaku?” tanya Kanjeng Adipati kepada Rekajaya setelah mendengarkan usul dari Sang Dewi.