Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel : Kisah Cinta Dewi Ciptarasa - Raden Kamandaka (91)

17 Juni 2016   00:19 Diperbarui: 19 Juni 2016   04:27 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar pernyataan pihak Kadipaten Pasirluhur-Dayeuhluhur, ketiga komandan pasukan Nusakambangan itu segera berunding dengan berbisik-bisik. Mereka sangat terkejut ketika mendengar Raja Pulebahas telah tewas. Lebih-lebih Patih Puletembini. Raja Pulebahas adalah kakak kandungnya.

“Tewas? Siapa yang telah membunuh kakak Saya?” Puletembini nampak emosi dan hampir-hampit tidak percaya berita itu. Sebab Puletembini tahu kedigdayaan kakaknya, antara lain tubuh Raja Pulebahas dikenal  kebal terhadap serangan senjata tajam. 

“Kamu boleh percaya atau tidak. Tetapi kenyataanya seperti itu,” kata  Wirapati.

”Kamu boleh lihat jasadnya, setelah kamu menyatakan menyerah dan takluk.”

“Siapa yang membunuh kakak saya?” kembali Puletembini bertanya.

“Rajamu tewas karena digigit seekor lutung,” jawab Wirapati.

“Seekor lutung? Seekor lutung membunuh Raja Nusakambangan yang sakti mandra guna?”

“Sudah kubilang. Percaya boleh! Tidak juga boleh!” jawab Wirapati pendek.

Patih Puletembini bingung juga mendapat jawaban yang tidak masuk akal, tapi meyakinkan. Tidak masuk akal mana ada kakaknya yang terkenal kebal bisa dikalahkan oleh seekor lutung. Lutung apa-apaan? Tetapi jawaban yang diberikan Wirapati cukup meyakinkan, karena tidak ada komando  atau perintah dari Raja Pulebahasas. Tapi akhirnya Patih Puletembini itu memperoleh jawaban dari hasil menduga-duga.

Patih Puletembini menduga Raja Pulebahas yang sakti itu  ditangkap secara licik dan curang oleh pasukan Kadipaten Pasirluhur. Kalau dibunuh, Patih Puletembini berpikir tidak mungkin. Sebab kakaknya, kebal. Paling banter kakaknya hanya ditahan di suatu tempat yang tersembunyi. Patih Puletembini, sama sekali tidak tahu, bahwa gigitan seekor monyet akan menyebabkan daya kekebalan kakaknya akan musnah. Dan gigitan seekor monyet, merupakan pantangan bagi Raja Pulebahas. Dan jika itu terjadi, bisa berakibat fatal, yakni kematian.

Karena menduga kakaknya masih hidup, dan dalam keadaan tak berdaya. Maka Patih Puletembini bertekad untuk bertempur guna merebut dan menyelamatkan kakaknya, Raja Pulebahas yang disayanginya. Tiba-tiba Patih Puletembini berteriak memberi komando  kepada pasukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun