Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel : Kisah Cinta Dewi Ciptarasa - Raden Kamandaka (102-Tamat)

20 Agustus 2016   11:16 Diperbarui: 20 Agustus 2016   12:45 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari berbahagia yang  ditunggu-tunggu itu pun tiba. Adipati Kandhadaha menyelenggarakan pesta besar-besaran perayaan perkawinan Sang Dyah Ayu  Dewi Ciptarasa dengan Raden Kamandaka  Banyakcatra. Pesta berlangsung tujuh hari tujuh malam. Semua kegiatan dipusatkan di Pendapa Kadipaten Pasirluhur.

 Aneka macam pertunjukan dan tontonan menarik lainnya  ditampilkan silih berganti untuk menghibur rakyat. Di kiri kanan sepanjang jalan  menuju  kadipaten dimeriahkan dengan umbul-umbul aneka macam warna. Di samping memasang umbul-umbul, rakyat yang tinggal di pinggir jalan, atas kesadarannya sendiri menghiasi pohon-pohon disepanjang jalan dengan meliliti batangnya menggunakan  kain berwarna biru, kuning, dan hijau sebagai lambangkan cinta, kemakmuran, dan kewibawaan.

Nyai Kertisara di Kaliwedi pun tidak ketinggalan ikut menyelenggarakan pesta menyambut perkawinan agung itu. Disepanjang jalan  menuju rumah Nyai Kertisara juga dipasang umbul-umbul. Para penyadap ikut melampiaskan kegembiraannya dengan  meliliti batang pohon kelapa yang disewa Nyai Kertisara  di sepanjang Sungai Ciserayu. Tentu saja akibatnya di sepanjang Sungai Ciserayu dari barat ke timur, tampak meriah, karena hampir setiap pohon kelapa yang ada, batangnya dihiasi dengan lilitan kain berwarna biru, kuning, dan hijau.

Usai upacara ritual perkawinan Sang Dyah Ayu  Dewi Ciptarasa – Raden Kamandaka Banyakcatra, dilanjutkan dengan upacara penobatan Raden Kamandaka Banyakcatra -Sang Dyah Ayu  Dewi Ciptarasa. Keduanya dinobatkan  sebagai Kanjeng Adipati- Kanjeng Ayu Adipati Kadipaten Pasirluhur menggantikan Adipati Kandhadaha yang menyatakan lengser dari jabatannya. Kanjeng Adipati Kandhadaha  memenuhi janjinya kepada Kanjeng Ayu Adipati.

Sesuai tradisi, sejak lengser dari jabatannya itu, biasanya penduduk akan menyebut Kanjeng Adipati Kandhadaha sebagai Kanjeng Adipati Sepuh. Demikian pula istrinya, biasanya dipanggil dengan sebutan Kanjeng Ayu Adipati Sepuh atau Kanjeng Ayu Sepuh saja.

Tiap hari tamu undangan yang ingin mengucapkan selamat, menyemut di halaman Pendapa Kadipaten. Para tamu undangan  datang dari segala penjuru. Para adipati yang hadir bukan hanya dari adipati-adipati  di Lembah Ciserayu dan Citanduy saja. Tetapi mereka juga datang dari kadipaten-kadipaten di wilayah Kerajaan Pajajaran lainnya.

Sang Raja Sri Baginda Prabu Siliwangi berhalangan hadir, karena sakit. Sedang putra mahkota Banyakbelabur juga tidak bisa hadir. Dia sibuk mempersiapkan perkawinannya dengan seorang putri dari daerah Banten. Sekalipun begitu, Sang Raja Sri Baginda Siliwangi, mengirimkan kemenakannya, seorang pendeta muda alumni Padepokan Megamendung, Amenglayaran. Dia pernah tinggal bersama-sama dengan Banyakngampar saat berguru di Padepokan Megamendung, karenanya dia mendapat gelar Pendeta Muda.

“Luar biasa! Sebuah perkawinan agung! Selamat Dinda Banyakcatra! Selamat pula Dinda Kanjeng Ayu Adipati. Selamat menempuh hidup baru. Semoga bahagia selalu. Dan cepat mendapatkan keturunan!” kata Pendeta Muda yang kepalanya nampak plontos, sekalipun rambut-rambut tipis mulai bermunculan di sana-sini. Dia, mengenakan jubah kuning, selempang pita hijau. Tentu saja tak lupa dibawanya kalung biji pendoa. Dipeluknya dengan hangat mempelai pria yang masih adik sepupunya itu. Pendeta Muda itu datang pada hari ke-enam pesta.

“Terima kasih Kanda Amenglayaran. Eh, Bapa Pendeta,”  kata Kamandaka sambil berkelakar setelah keduanya saling berpelukan.

“Ah, Dinda Banyakcatra. Masih saja suka berkelakar. Panggil nama saja seperti dulu waktu kita masih sering bertemu di Pakuan Pajajaran,” kata Pendeta Muda itu.

Dia adalah putra kakak dari Ibu  Banyakcatra dan Banyakngampar. Pendeta Muda itu  sebenarnya  sedang disiapkan oleh Sri Baginda menjadi Pendeta Kerajaan Pajajaran. Tetapi dia sendiri telah bertekad untuk pergi meninggalkan Pajajaran, ingin menjadi pengembara ke arah timur. Tindakan itu dilakukan karena Raden Amenglayaran ingin menghindari cinta seorang putri sepupunya yang cantik jelita, Putri Ayunglarang Sakean.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun