Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Kisah Cinta Dewi Cipta Rasa- Raden Kamandaka (24)

11 Juli 2014   13:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:40 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1405034608304837953

SERI 24

“Seingat Hamba, hampir semua kakak Ndara Putri, telah membangun rumah tangga pada usia anak. Hanya Ndara Putri yang akan berumah tangga setelah usia dewasa”

“ Betul Biyung Emban. Ingatanmu bagus juga. Memang kakak-kakakku itu sudah berumah tangga ketika usianya masih usia anak. Mereka menjadi pengantin saat usianya masih di bawah dua windu. Baru tiga tahun sesudah datang bulan yang pertama kali, jika belum bersuami, orang menggapnya dia sudah perawan tua. Aku memang ingin merubah adat dan tradisi yang berupa kebiasaan anak gadis kawin dalam usia yang muda. Sebab bila tradisi yang buruk itu tetap dipertahankan, cepat atau lambat Kadipaten Pasirluhur akan berkembang menjadi kadipaten yang lemah, karena yang dilahirkan oleh para ibu muda adalah anak-anak yang lemah juga. Anak-anak yang lemah, tentu saja akan melahirkan prajurit-prajurit yang lemah dan calon-calon pemimpin yang lemah. Jika keadaan ini dibiarkan terus berlangsung, Kadipaten Pasirluhur tidak mungkin bisa memiliki angkatan perang dan pemerintahan yang kuat yang bisa menjaga kewibawaan Kadipaten Pasirluhur. Gadis-gadis muda perlu dibebaskan dari adat dan tradisi yang menindasnya”.

“Sungguh suatu cita-cita yang mulia sekali, Ndara Putri. Semoga langkah Ndara Putri, bisa menjadi tauladan bagi para gadis Kadipaten Pasirluhur. Hendaknya pemikiran Ndara Putri juga bisa menyadarkan para orang tua agar tidak memaksa mengawinkan seorang gadisyang masih belum dewasa”.

“ Benar, Biyung Emban. Masih ada lagi satu keinginanku. Hendaknya orang tua anak gadis di Kadipaten Pasirluhur ini, memberikan kesempatan lebih dahulu kepada anak gadisnya untuk menentukan pilihannya sendiri, siapakah pria yang akan dipilihnya menjadi pendamping dan pelindung setianya. Orang tua cukup memberi doa restu, memberi saran dan pertimbangan. Tetapi pilihan, biarlah diserahkan saja kepada anak. Biarlahseorang gadis menentukan sendiri kriteria bibit, bebet dan bobot calon suaminya. Kecuali apa bila seorang gadis tidak bisa menentukan pilihannya, barulah orang tua turun tangan membatu anak gadisnya memilihkan jodohnya. Ini yang dalam ajaran leluhur kita disebut sikap tut wuri handayani. Dalam urusan jodoh seorang gadis, orang tua harus bersedia berkorban untuk kebahagiaan anak gadisnya. Tetapi adat yang berlaku di Kadipaten Pasirluhur ini terbalik. Anakgadis yang harus berkorban untuk kebahagiaan orang tuanya. Memang betul anak gadis harus berkorban untuk kebahagiaan orang tuanya. Tetapi bukan dalam urusan jodoh. Betul tidak, Biyung Emban?”

“Oh betul sekali Ndara Putri. Tapi keinginan Ndara Putri tentu tidak mudah. Melawan adat dan tradisi itu sulit, Ndara Putri. Ndara Putri juga harus berhadapan dengan Kanjeng Rama Adipati. Sebab Kanjeng Rama Adipati justru punya kewajiban untuk mempertahankan dan menjaga adat yang berlaku, Ndara Putri. Apakah Ndara Putri hendak melawan Kanjeng Rama?.”

“ Tentu bukan melawan Kanjeng Rama, Biyung Emban. Buat apa mempertahankanadat dan tradisi yang membelenggu anak gadis, Biyung Emban? Buat apa mempertahankan adat dan tradisi yang akan membawa Kadipaten Pasirluhur menjadi Kadipaten yang lemah?. Wanita itu salah satu dari tiga pilar penyangga kadipaten, kerajaan dan pemerintahan negara mana pun, Biyung Emban. Karena dari wanitalah akan dilahirkan anak-anak calon pewaris dan pengganti generasi tua.”

“Tetapi Ndara Putri tidak mungkin melawan adat dan tradisi sendirian saja. Jika Ndara Putri berjuang sendiri, pastilah akan gagal, Ndara Putri”

“ Hem, cerdas juga pikiranmu, Biyung Emban. Makanya Aku memerlukan seseorang yang bisa Aku ajak bersama-sama melawan adat dan tradisi yang membelenggu anak gadis itu. Dia itulah pria yang akan cocok menjadi pendampingku. Biyung Emban, menurut Biyung Emban adakah seorang pria yang bisa menemani Aku berjuang melawan adat yang usang itu?”

“ Menurut Hamba, ada Ndara Putri”

“Siapa kah menurut Biyung Emban?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun