Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Kisah Cinta Dewi Ciptarasa - Raden Kamandaka (85)

17 Mei 2016   00:10 Diperbarui: 17 Mei 2016   10:48 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Tepat pada tengah hari rombongan sudah tiba di Kaliwedi. Raden Kamandaka menentukan agar rombongan istirahat di kediaman Nyai Kertisara lebih dulu  untuk santap siang. Direncanakan usai istirahat dan santap siang baru menuju ke lokasi.

 Nyai Kertisara dan Rekajaya  menyambut kedatangan tamunya itu dengan wajah yang berseri-seri. Semakin sering para ksatria dan punggawa kadipaten yang mengunjungi rumah Nyai Kertisara, kedudukan Nyai Kertisara di mata penduduk Kaliwedi semakin terangkat naik. Apalagi apabila para ksatria dan punggawa itu mau bermalam.

 Tak heran bila Nyai Kertisara siap setiap saat kapan saja menerima tamu. Apa lagi, bangunan rumah Nyai Kertisara dalam waktu relatip singkat telah berubah jadi bangunan rumah paling menonjol di desa Kaliwedi. Itu semua berkat bimbingan dan bantuan Raden Kamandaka.

 “Bermalam lagi Raden?” tanya Nyai Kertisara kepada Raden Kamandaka di tengah-tengah jamuan santap siang yang disediakan Nyai Kertisara.

 "Aku sebenarnya ingin sekali bermalam di sini, Nyai. Dinda Mayangsari dan Dinda Ratna Pamekas sudah pernah bermalam tiga hari yang lalu, bukan?” kata Sang Dewi menjawab tawaran menginap Nyai Kertisara kepada Raden Kamandaka. Raden Kamandaka  yang duduk di samping Sang Dewi hanya senyum-senyum saja.

 “Oh, gembira sekali hamba Ndara Putri, jika malam ini berkenan menginap di sini. Raden Kamandaka pasti menyetujui. Kamar cukup banyak. Kamar yang pernah ditinggali Raden Kamandaka masih utuh, belum dirubah. Rekajaya selalu merawat dan menjaganya,” kata Nyai Kertisara yang mengira semua tamunya itu akan bermalam lagi. “Tapi ya itu tidak selengkap kamar-kamar di Kadipaten”

 “Terimakasih, Nyai. Sayang Kanjeng Ibu sudah berpesan, sore ini aku harus sudah kembali ke Dalem Kadipaten,” kata Sang Dewi  menjelaskan kepada Nyai Kertisara. “ Mudah-mudahan di lain kesempatan aku bisa bermalam di sini.”

 Mendengar janji Sang Dewi kelak mau menginap di rumah Nyai Kertisara saja sudah membuat dirinya gembira bukan alang kepalang. Beberapa kali Nyai Kertisara mengucapkan terimakasih pada Sang Dewi.

 “Justru aku yang seharusnya banyak terimakasih pada Nyai. Kiriman gula kelapa dan gula aren yang tiap minggu mengalir lima keranjang-lima keranjang ke kadipaten membuat dapur kadipaten tak pernah kekurangan gula kelapa dan gula aren,” kata Sang Dewi memuji Nyai Kertisara yang tentu saja  membuat senang pengusaha wanita yang sukses itu.(bersambung).

cover-kompasiana-mkpl-5736a10a8923bdc51008c25f.jpg
cover-kompasiana-mkpl-5736a10a8923bdc51008c25f.jpg
                                                        Disain gambar by anwar hadja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun