Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

G.30.S-PKI 49 Tahun yang Lalu

1 Oktober 2014   22:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:45 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alkisah 49 tahun yang lalu, meletuslah suatu peristiwa di subuh dini hari Juma’at. Tanggalnya 1 Oktober 1965. Ada orang yang bilang, gerakan penculikan jendral-jendral Angkatan Darat itu adalah Gestok! Gerakan 1 Oktober. Alasannya?Karena penculikan itu terjadi pada Subuh dini hari Jum’at, tanggal 1 oktober. Jika tidak ingin disebut bodo, ya namanya Gestok. Itu kata orang tadi. Bukan gua….

Tetapi Komandan Dewan Revolusi sendiri Letkol.Untung menyebutnya sebagai Gerakan 30 September. Karena memangperistiwa itu startnya sebelum tengah malam. Makanya Letkol Untung betul. Sebab dia pelaku. Beri jempol dong untuk Letkol Untung!.

Jadi tanggal 30 Sptember ituoleh komplotan pemberontak telah ditetapkan sebagai hari D. Okey? Gak usah debat lagi. Komplotan terorganisir, terencana dan terstruktur itu namanya Gerakan 30 September. Disingkak G.30.S.Dulu, pernah juga mulut usil bilang Gestapu.Tapi karena singkatan alias akronim Gestapu, Gerakan September tigapuluh, mirip mirip Gestapo, organisasi rahasia Diktator Hitler. Tapi istlah Gestapu kurang laku di pasaran. Ya, baguslah. Gak ada yang beli. Emangnya ada hubunannya Hitler dengan DN. Aidit?. Atau dengan Suharto atau dengan Sukarno?.

Dulu pada masa Suharto berkuasa, jika pelajar SLTA ditanya, siapakah dalang dibalik G30S? Dengan cepat pelajar tadi akan menjawab: PKI! Tetapi begitu masuk Era Reformasi, jika pelajar ditanya siapakah dalang dari persitiwa G.30.S , mereka bingung bin bengong. Berarti tambah bodo dong?.Ah, ya nggak.

Memang sengaja pelajar dan masyarakat dibuat bingung. Bukankah bingung ciri-ciri seorang calon intelektual yang kritis? Menjadi kritis itu bagus, lho. Kurikulum pada era reforamasi kan berbasis kompetensi. Sekarang malah berbasis tematik. Biar aja pelajar bingung. Bingung itu ciri-ciricalon ilmuwan.

Loh, bingung bukanya adiknya linglung?

Bukan! Linglung kan tuk doktor yang udah pikun. Kalalu masih muda, bukan linglung. Sudahlah. Kita sepakati, bingung itu bagus. Okey? Inilah resep manjur melawan bingung, aktif creatif menggali informasi. Dan mencoba bersikap netral dan obyektip. Walaupun obyektip 100 persen dalam ilmu-ilmu sosial, mustahil. Tapi 80-90 persen obyektip udah baguslah.

Biarlah para pelajar itu mencari sendiri, aktif menarik kesimpulan sendiri dari literatur yang dibacanya. Bisa lewat perpustakaan sekolah, bisa liwat internet. Biarlahgenerasi muda menemukan sendiri siapa aktor, otak, atawa dalang G.30.S itu. Jangan dicekoki.

Seorang Sejarawan LIPI yang paling gigih memperjuangkan agar masyarakat khususnya para pelajar, mahasiswadan generasi muda ragu-ragu, siapa otak dibalik G.30.S adalah Asvi Warman Adam, lelaki kelahiran Bukit Tinggi, 8 Oktober 1954.

JadiketikatragediG.30.S itu terjadi, dia usianya baru 11 tahun. Masih duduk di SD. Entahlah kalau Sang Doktor alumnus Perancis itu seorang jenius, sehingga pada usia 11 tahun sudah menggeluti buku-buku sejarah. Tepuk tangan dong untuk Asvi Warman Adam. Dia menyelesaikan sarjana mudanya di Gajah Mada, dan S1 nya di UI. Yuk kita dengar pendapatnya. Lu boleh setuju. Tapi boleh pula gak setuju.

Menurut Asvi Warman Adam yang bermaksud meluruskan sejarah G.30.S itu, kita harus menolak tafsir tunggalsejarah G.30.Sversi Orba bin Suharto. Dalang G.30.S belum tentu PKI.

Lho, ada dalang atau otak baru G.30.S?

Iya, ini hasil penelitian ilmuwan asing ahli Indonesia. Karena dia ahli Indonesia, wajib didengar. Nih kata mereka yang dijadikan acuan Asvi. Dalang G.30.S itusalah satu di antara 3 yaitu PKI atau Suharto atau CIA. Tinggal pilih saja. Kalau lu antek Orba ya pastinya akan bilang otaknya bin dalang G.30.Sadalah PKI. Kalau lu pejuang reformasi yang telah menggulingkan Suharto, ya…..itulah dalangnya!. Sebab kalau bukan dalangnya bagaimana mungkin Suharto bisa digulingkan pada tahun 1998? Suharto telah melakukan kudeta merangak?

Kudeta merangkak? Emangnya kambing? Sebenarnya bagaimana sih pendapat Asvi yang mau meluruskan sejarah tentang PKI?

Menurut dia PKI tak pernah diadili. DN. Aiditbegitu ketangkep tentara langsung di dor. NKRI adalah negara hukum. Menganut asas praduga tak bersalah.

Lho, kalau begitu PKI dan DN.Aidit tak bersalah?

Lhaiya to, kalau kita mengakui NKRI negara hukum, yang tak pernah diadili harus dinyatakan tak bersalah demi hukum.

Berarti PKI bukan aktor?

Menurut konsep negara hukum, bukan aktor.

DN. Aidit bukan dalangnya?

Ah,lu masih tanya juga sih. Kritis! Kritis! Menurut konsep negara hukum, jelas bukan. DN. Aidit belum pernah diadili. Lu pernah dengar kan omongan putra DN.Aidit, Ilham Aidit, yang alumnus Wanadri ITB ? Dia bilang, mana mungkinayahnya bisa membunuh 7 jendral?.DN.Aidit bukan jendral. Anak buahnyaCC PKI gak punya bedil. Yang mereka punyai hanyalah pena dan kertas. Mana ada pena dan kertas digunakan untuk menculik jendral-jendral yang punya senjata? Lagi pula para jendral itu dikawal. Yang paling logis dalang G.30.S adalah seorang jendral. G.30.S tak ada urusannya dengan PKI. G.30.S itu murni soal rivalitasintern perwira AD. Para Jendralyang berkumpul dalam Dewan Jendral itulah dalang G.30.S.

Itu pendapat lu, apa pendapat Asvi?

Lho, gua kan udah bilang.Kritis-kritis. Jangan percaya sama racun Orba yang sudah mencekoki luselama tiga dasa warsa lebih. Gua yakin Asvi akan sependapat dengan gua.

He..he..he…yang doktor lu apa Asvi?

Asvi bilang peran Suharto masih terus diteliti.Seberapa jauh peran dia sebagai aktor intelektual G.30.S .

Ini pendapat gua. Kalau mau adil. Jangan hanya peran Suharto yang diteliti. Tetapi juga peran Sukarno. Pernah baca gak tulisan Soe Hook Gie dalam catatan harainnya?Sukarno lah penggagas Nasakom. Nasakom itu yang memicu rivalitas antara AD di bawahNasution, Yani, Suharto VS PKI dibawah DN.Aidit, Lukman dan Nyoto. DN.Aidit minta AD dinasakomkan. Yani bilang, semua rakyat Indonesia sudah dinasakomkan. Jadi, tak perlu Nasakomisasi AD. DN. Aidit nuntut agar dibentuk angkatan ke-5 yakni buruh tani dipersenjatai. Yani, jawab,”Kalau perlu, seluruh rakyat Indonesia dipersenjatai.”

Sukarno tidak terlibat secara langsung. Tetapi kebijakan-kebijakan Sukarno telah membuka pintu rivalitas antara AD dan PKI.Faktanya, bukan orang-orang PKI yang lebih dulu dihabisi oleh AD. Tetapi Jendral-jendral AD yang dihabisi lebih dulu oleh PKI. Ibarat tinjau, PKI duluan yang nyuri start mukul AD. Fakta lain, tahun 1948, PKI pernah berontak. Aidit, Lukman dan Nyoto, yang saat itu, masih merupakan komunis muda, sudah diadili . Tetapi AD belum pernah melakukan kudeta. Istilah kudeta merangkak, tidak dikenal dalam literatur politik manapun. Yang dikenal adalah dekrit. Dekrit itu semacam kudeta lunak. Justru Sukarnolah yang pernah mengeluarkan dekrit 5-Juli-1959, dengan membubarkan konstituante hasil pemilihan rakyat. Alasan Sukarno adalah Negara dalam keadaan darurat.

Sukarno tidak salah mengeluarkan dekrit. Yang keliru ketika Sukarnomenggagas Kabinet Nasakom. Memberi peluang PKI masuk ranah kekuasaan. Dan semua juga tahu, doktrin Partai Komunis di dunia manapun adalah memenangkan perjuangan klas melalui Revolusi Sosial untuk merebut kekuasaan. Itu dilakukan baik lewat jalur demokrasi yang kelak akan dikhianatinya sendiri, maupun pengambil alihan kekuasaan dengan kekerasan alias kup detat.Sedangkan tradisi kup detat tidak dikenal oleh AD maupun TNI. Sebab dokrin TNI, TNI adalah tentara rakyat yang setia pada ideologi NKRI, yakni Pancasila.

Tahun 1959 – 1964 adalah masa prolog G.30.S. Banyak dokumen-dokumen yang merupakan bukti sejarah keterlibatan PKI dalam peristiwa G.30.S. Kelemahan tesis Asvi yang cenderung menempatkan Suharto sebagai dalang G.30.S paling mencolok ada 2 yaitu:

1.Dia hanya meneliti episode pasca G.30.S, itu pun dengan obyek penelitian para korban. Wawancara dan pendapattokoh-tokoh pendiri Orde Baru, seperti Pak Nasution, Sarwo Eddy, Sugandhi,Daryatmo, Akbar Tanjung,Cosmos Batubara, dan tokoh-tokoh Angkatan 66 tak pernah dilakukan. Karena itu hasil penelitiannya subyektif.

2.Dia, sama seperti peneliti asing, tidak mengalami dan menghayati sendiri situasiprolog G.30.S tahun 1959- 1964, pada masa Kabinet Nasakom. Orang-orang PKI banyak menduduki jabatan sebagi Menteri. Sekalipun Asvi mengalamiinya, tetapi baru duduk di bangku SD, sehingga persepsinya tentang situasi politik-ekonomi pada masa itu, hanya samar-samar,tidak utuh,dan sepotong-potong. Apalagi Bukit Tinggi, jauh dari pusat pergolakan Jakarta, yang nyaris sudah hampir merah semua. Dengan demikian pengetahuan masa pra-G.30.S bagi Asvi, hanya diperoleh melaui pembacaan literatur saja. Dalam kaidah historio grafi, berarti informasi yang diperoleh Asvi yang telah membentuk persepsinya itu, bukan sumber primer. Tetapi sumber sekunder.Artinya kadar subyektivitasnya,makin tinggi.Obyektivitasnya makin lemah. Keakuratannya patut dipertanyakan.

Ah, dasar lu antek Orde Baru.

Ha..ha..ha.. gua bukan antek Orla, antek Orba atau pun antek siapa saja. Gua Cuma ingin berpikir kritis menjadi penyeimbang.Gua adalah gua…lu adalah lu. Mari kembali ke Pancasila. Gua masih yakin Pancasila sakti. Sebab di dalamnya ada sila Ketuhanan YME.(anwarhadja,01-10-2014).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun