Saat debat pilpres keempat lalu, kedua kandidat presiden sama-sama mencurahkan hatinya bahwa mereka kerap difitnah dan dituduh berafilisasi dengan ideologi non pancasila. Joko Widodo merasa dirinya sering difitnah simpatisan PKI sedangkan Prabowo mengeluh bahwasanya dia selalu dituduh mendukung khilafah. Dua lakon dengan dua tudingan yang berbeda namun satu tujuan yang sama, yaitu kampanye hitam.
Jika dirunut kapan mula cerita dua ideologi kanan dan kiri dihinggapkan pada kedua capres tersebut, bisa diasumsikan yaitu sejak masa bersiap di Pemilu 2014.Ketika Jokowi mulai berniat meninggalkan Ahok saat maju di Pemilu 2014, sebagian massa di DKI khususnya, mulai merasa gerah dengan tindakan Jokowi.Â
Apalagi PDIP sebagai basis Jokowi acap kali bersebrangan dengan partai-partai Islam, terutama PKS. Didalam tubuh PDIP sendiri terdapat beberapa tokoh yang dituduhkan kekiri-kirian, semisal Ribka Tjiptaning dan Budiman Sujatmiko pendiri PRD, lalu ada pula Eva Sundari yang vokal memprotes penyitaan buku kiri oleh aparat TNI.Â
Tuduhan PKI terhadap kubu Jokowi semakin gencar, tak kala ustadz Alfian Tanjung yang menuduh Jokowi sebagai antek komunis diseret ke meja hijau, hal ini semakin membuat bara pertentangan semakin menguat.
Massa pro Jokowi tentu tidak akan tinggal diam dengan semua tuduhan komunis yang dilontarkan pada idolanya. Mereka pun memancing tuduhan bahwa kubu Prabowo dkk adalah simpatisan khilafah. Apalagi saat memasuki tahun 2014 kabar mengenai ISIS tengah gencar-gencarnya dimedia dunia, tentu hal ini semakin memperuncing penuduhan bahwa khilafah tak beda dengan ISIS. Jika PDIP dikaitkan dengan PKI, maka PKS sebagai partai kompetitornya ditudingkan sebagai bagian dari Hizbut Tahrir di Indonesia (HTI). Tentu apa yang disangkakan kepada PKS itu ditolak mentah-mentah oleh para partisannya.
Pertentangan narasi ideologi Jokowi dengan Prabowo semakin diperparah oleh kelakuan para jendral tua dari masing-masing kubu. Jendral Hendropriyono sebagai loyalis dari Jokowi, menuduh bahwa Prabowo memiliki agenda khilafah. Begitupun di kubu Prabowo, Jendral Kivlan Zen menuding barisan Jokowi telah menggandeng komunis.Â
Hal yang paling lucu dari saling serang ideologi ini adalah mereka (kedua kubu) merasa paling pancasila, padahal jika mengamati butir-butir pancasila, terutama sila ke-2, terdapat rujukan untuk mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain, sehingga sikap saling tuduh itu bukalah cerminan seorang pancasilais
Membaca sejarah dua organisasi PKI dan HTI di Indonesia bagai membandingkan langit dan bumi. PKI telah jelas sebagai sebuah partai  yang pernah ada di Indonesia lalu pernah melakukan kudeta secara nyata ditahun 1948, tetapi PKI juga pernah mendapatkan simpati rakyat Indonesia saat orde lama.Â
Sedangkan HTI bukanlah sebuah partai, hanya sebuah organisasi yang mempunyai cita-cita mendirikan khilafah di dunia, termasuk di Indonesia. HTI pun tidak pernah secara terang-terangan melakukan kekerasan atau perbuatan melanggar hukum di wilayah RI.Â
Namun tujuan kedua organisasi itu adalah sama, mengganti ideologi Republik Indonesia. Dan hal ini jelas tidak dibenarkan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.