Mohon tunggu...
anjuntia bella
anjuntia bella Mohon Tunggu... -

saya mahasiswa UNS Surakarta kampus VI PGSD Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KD 1 Inovasi Pembelajaran

19 Oktober 2010   05:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:18 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Otak manusia bukan sekedar sebuah mesin yang tebatas pada penggunaannya, otak manusia juga bukan hanya sebuah bagian-bagian yang dimiliki fungsi sesuai perannya masing-masing. Otak manusia yang mengalami pekembangan mempunyai keunikan sepanjang digunakan sesuai tallent dan proposinya. Otak yang kita miliki dapat berfungsi sebagai pengendali pusat dari apa yang kita lakukan, bisa mencapai 99,99% dalam penggunaannya jika kita benar-benar tahu cara penggunaannya.

Saat ini, otak kita saat benar-benar dalam keadaan serius dalam berfikir hanya sekita 15% pemanfaatannya. Kenapa belum mencapai setengah persen dari fungsi otak?? Karena daya konsentrasi yang kita miliki selalu “terbatas”, kondisi konsentrasi sulit terjadi, sebagai satu alasan umum. Keterbiasaan kita tedoktrin pada pemikiran yang biasa, sesuai alur, dan tidak pernah mau mencoba hal yang baru dengan alasan ketidak percayaan diri yang kurang mau membuka diri pada ketidak sesuaian.

Otak berfikir tidak hanya diartikan otak dalam keadaan berfikir tetapi pada sesuatu yang harus ditemukan. Bukan saja dalam kebiasaan menghafal atau memorrising, tetapi tuntutan pada pengertian yang disertai pada pemahaman serta penemuan suatu ide yang keluar dari hal yang biasa.

Sebagai seorang pengajar hendaknya memahami tugas yang bukan hanya sekedar menyelesaikan tugasnya dalam memberikan pelajaran, tetapi berkembang memacu otak siswa dalam keaadan berfikir, belajar memahami dan siap dalam pengaplikasiannya.

Mengacu para siswa untuk berani berpendapat dan menghidupkan kelas tanpa memberikan batasan-batasan yang bisa menghambat perkembangan otak dalam memahami sebuah konsep bukan hanya sekedar materi. Bukan lagi materi diberikan, siswa menghafal, dan pemberian tugas sebagai usaha evaluasi tetapi dimana sebelum materi siswa sudah diajak bertukarpendapat tentang segala hal yang sederhana yang bersangkutan dengan konsep materi, berekspeimen, penyimpulan dalam kelas dan akhirnya mengindahkan penemuan baru.

Siklus pembelajaan seperti ini akan membiasakan diri siswa untuk mengkondisikan dalam keadaan berfikirdan terbiasa juga dalam menemukan sesuatu dari kebabasan caranya memahami konsep. Dan inovasi pembelajaran sudah dilakukan. Sebagai contohnya, dalam mata pelajaran matematika, dalm sub bahasan penjumlahan. Siswa kita ajak bertukar pikiran tentang apa saja yang dapat dihitung di sekitar mereka. Ajarkan konsep penjualan dengan benda-benda riil, maka konsep penjumlahan yang ada dalam pemikiran mereka real. Lebih efisien dari pada mereka disuruh membayangkan benda-benda lain yang tidak riil untuk dihitung.

Pengkondisian sepeti diatas tidak hanya mengacu pada materi disampaikan, siswa mengerti tetapi lebih pada menekankan penggunaan aplikasi pada implikasinya.

TO BE CONTINUE......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun