Mohon tunggu...
Anjuja Athema
Anjuja Athema Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1-Psikologi USK

Mahasiswa S1-Psikologi USK

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perilaku Menyakiti Diri Sendiri (Self Harm) Pada Remaja Generasi Z

28 Februari 2023   18:09 Diperbarui: 28 Februari 2023   18:10 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa remaja merupakan masa dimana terjadinya peralihan masa kanak-kanak ke masa dewasa, masa remaja dimulai antara usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Santrok, 2003). Rentang usia remaja menurut WHO ialah 12-24 tahun (WHO, 2019). Masa ini di mulai ketika remaja mengalami pubertas atau perkembangan seksual yang ditandai dengan perubahan dari berbagai aspek yang mencakup aspek kognitif, fisik maupun psikososial (Sanntrok, 2009).

Masa remaja merupakan masa beradaptasi dengan banyak perubahan yang dapat meningkatkan serta mempengaruhi sekarang hingga masa depannya. sangat penting untuk dapat mengidentifikasi dampak-dampak yang mungkin akan terjadi, dampak terburuk yang mungkin muncul lebih awal agar dapat meningkatkan Kesehatan mental (Kirchner, et al., 2011).

Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode “badai atau tekanan” yang disebabkan oleh adanya perubahan fisik dan juga kelenjar. Perubahan kondisi ini dikarenakan adanya tekanan sosial dalam menyikapi kondisi baru.

Perilaku melukai diri sendiri atau self harm merupakan suatu tindakan yang dilakukan guna mengurangi tekanan atau rasa sakit secara emosional dengan cara menyakiti diri sendiri tanpa tujuan melakukan bunuh diri (Jenny, 2016; Klonsky dkk., 2011).  Perilaku self harm dilakukan dengan sengaja yang mengakibatkan memar pada tubuh, pendarahan, hingga menimbulkan kerusakan ringan pada tubuh tanpa disertai niatan untuk mengakhiri hidup (American Psychiatric Association 2013). Perilaku melukai diri termasuk kedalam DSM-V (APA, 2013) dengan istilah menyakiti diri tanpa mengakhiri hidup sebagai sebuah gangguan, yang dilakukan dengan harapan memperoleh kebebasan dari keadaan dan perasaan negatif, serta untuk mengatasi masalah interpersonal yang akhirnya akan memunculkan perasaan yang positif.

Berdasarkan penelitian 1.018 orang indonesia telah mengisi survei yang di buat YouGovOmnibus, sebanyak lebih dari sepertiga penduduk (36,9%) Indonesia pernah melukai diri sendiri. Dua dari lima responden pernah melakukan perilaku self harm ditemukan dikalangan remaja. Pernyataan ini juga di setujui oleh dokter spesialis kesehatan jiwa di RSUD dr.Soetomo, Dr.dr. Yunias Setiawati SpKJ., bahwa dalam seminggu pencapaian sepuluh pasien remaja dengan rentang usia 13-15 tahun datang dengan kondisi sudah melukai diri dengan menggores tangan, mencakar hingga membenturkan diri ke tembok (Ginanjar, 2019; dalam main main.id, 2020).

Menurut Morgan (2017), sebagian peneliti mengungkapkan remaja merupakan kelompok terbesar yang melampiaskan ketidakstabilan emosinya lewat perilaku melukai diri atau self harm. Menurut Beautrais AL (2002), yang paling sering melakukan perilaku self harm ini merupakan remaja perempuan. Sebanyak 20,21% remaja di Indonesia telah melakukan perilaku ini dan 93% diantaranya adalah remaja perempuan (Faradiba, Paramita, Dewi, 2021).  Menurut data WHO, remaja semakin banyak melakukan perilaku melukai diri dengan maksud sebagai coping stres terhadap permasalahan yang sedang dihadapi yang merujuk pada kematian (World Health Organization, 2017).

Komnas perlindungan anak tahun 2012, menerima sejumlah laporan pengaduan atas tindakan percobaan bunuh diri yang di lakukan oleh kalangan anak-anak termasuk remaja, sebanyak 31 kasus percobaan bunuh diri dengan rentang usia 13-17 tahun. Penyebab terjadinya kasus ini yaitu 13 kasus karena putus cinta, 7 kasus akibat ekonomi, 8 kasus akibat ketidakharmonisan keluarga, 3 kasus masalah sekolah, dari 31 kasus tersebut 19 diantaranya meninggal dengan sia-sia dan 12 lainnya berhasil diselamatkan (Redaksi Detik news, 2012).

Dari kasus di atas bahwa masalah yang muncul berhubungan dengan percintaan. Remaja akan merasa bahagia jika percintaannya berjalan dengan mulus tanpa gangguan sehingga tidak mengganggu psikisnya, namun jika sebaliknya percintaanya tidak berjalan mulus tentu akan sangat mengganggu psikisnya. Remaja yang putus cinta akan cenderung mengurung diri dikamar hingga berhari- hari, tanpa ada asupan seperti makan dan minum. Semakin lamanya mengurung diri interaksi sosial juga ikut terhambat, remaja akan merasa kesepian dan emosi yang dirasakan hanya dapat dipendam dan tidak dapat di luapkan, maka jika emosi tersebut muncul akan menjadi tidak terkendali.

Emosi yang tidak terkendali ini yang mencerminkan semakin ketidakstabilan emosi pada remaja, karena kurangnya kematangan emosi inilah yang akan menjadi penyebab munculnya perilaku-perilaku negatif yang tentunya akan merugikan diri sendiri hanya untuk memuaskan batin dan emosi seperti merokok, minum-minuman keras, dan melukai diri sendiri atau self harm (Grats, dalam Hasking dkk,2002).

Banyak penyebab terjadinya perilaku ini dari segi faktor keluarga hingga lingkungan sosial. Peran orang tua jua sangat penting dalam masa anak beradaptasi akan masalah yang sedang dihadapi. Dorongan secara emosional maupun secara fisik juga menjadi faktor untuk membuat anak tersebut merasa lebih nyaman.

Remaja yang memiliki indeks memiliki gangguan kesehatan mental, cenderung merahasiakan perilaku melukai diri yang mereka lakukan karena malu, dan takut atas anggapan orang lain, yang tentunya akan menilai mereka bodoh serta takut orang lain akan menjauhi mereka. Banyak persepsi yang mengatakan bahwa perilaku self harm ini dilakukan guna mencari perhatian, padahal perilaku ini di lakukan untuk menyalurkan emosi yang tidak stabil. Perilaku ini muncul akibat adanya dorongan untuk melakukanya seperti menyayat nadi, membakar diri, mengonsumsi obat obatan , melakukan seks bebas, mencabuti rambut, memukul atau membenturkan kepala hingga yang berujung fatal kehilangan nyawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun