Maju atau tidaknya diri kita kadang terhambat oleh adanya rem tangan yang menSabotase Diri. Rem tangan itu ibarat kata kita memiliki mobil sekemampuan Ferarri F50 yang sebenarnya mampu melesat sangat cepat layaknya jet darat, namun dia hanya berputar-putar rodanya saja di tempat tidak ada kemajuan sedikitpun akibat sang pemilik mengaktifkan rem tangannya.
Begitu pulalah diri kala sudah terbelengguREM TANGAN kita sendiri!
Rem tangan itu ada banyak sekali macamnya. Esensinya yang paling kuat belenggu sabotasenya adalah kalau sudah terinternalisasi dalam bentuk keyakinan dalam pikiran kita. Rem tangan yang sudah tertransformasi dalam bentuk keyakinan mampu 'mengagalkan' segala upaya kita bergerak melangkah ke arah kesuksesan. Penampakan lahirnya berupa muncul serangkaian ketakutan ketika kita mau mengambil suatu keputusan, langkah, maupun sikap.
Misalnya, kita sudah dihadapkan pada suatu proyek besar yang orang lain melihat potensi kita, dia mau memberikan kepercayaan pada diri kita. Namun, Alih-alih mau menerima tantangan itu, malah kita sudah takut terlebih dahulu karena bisa jadi dengan berbagai alasan dalam diri yang bisa dibuat buat.
Kalau tak nak seribu dalihkalu nak seribu care
Aku jadi inget pepatah melayu yang bunyinya, kalau tak nak [kalau nggak mau] seribu dalih [ada seribu alasan dibuat], kalau nak [kalau mau] seribu care [akan ada ribuan action yang bisa dilakukan]. Hanya tadi, sabotase diri menghambat kita untuk bergerak maju.
Aplikasi sabotase diri dan upaya perbaikannya
Katakanlah, selama ini dalam pikiran kita, dirikita paling banter bisa penghasilan sesuai UMR saja. Katakanlah 800ribu - 1,5 juta / bulan. Mengapa dan hanya memang segitu segitunya yang kita bisa dapatkan dalam sebulan? Ya karena memang kita meyakini 'kuota rejeki' kita sebatas itu perbulannya. Kebiasaan digaji perbulan segitu semakin memperkuat sabotase diri bahwa 'harga umurnya sebulan' memang kisaran UMR itu. Dah gitu, upayanya coba coba meningkatkan derajat penghasilan, belum menuai hasil lalu salahnya dia meyakini bahwa upayanya itu sama sekali tidak akan berhasil. Lahir sabotase diri yang memperkuat bahwa dirinya memang seharga UMR itu SAJA.
Namun apakah memang begitu?Tidak kah ada upaya yang bisa ditempuh sebagai solusinya?
Caranya mudah. Naikan bar mental anda. Latih agar bisa lepas dari sabotase diri yang memenjara mental kita mendapatkan penghasilan hanya segitu segitunya saja. Singatnya mari kita buka secarik kertas lalu mulai menjawab pertanyaan berikut ini [perihal angkanya silakan disesuaikan menurut targetan diri]:
Kalau Saya [tulis nama] punya lebihan uang 30 juta perbulan untuk kebahagiaan seperti apa saja saya bisa investasikan?
Ayo,, segera isi sebanyak banyaknya. Buat listnya seakan anda benar-benar telah mempunyai lebihan senilai yang anda tulis. Tulis dengan penuh emosional dengan visualisasi benar-benar telah memberikan kebahagiaan bagi orang yang anda pilih. Contoh:
- Aku akan bahagiakan istri dengan ongkos lebih ke salon sehingga dirinya lebih segar terawat
- Kiriman kepada orang tua lebih dari 2 juta bisa terwujud sehingga membantu belanja embok dikampung bisa lebih enak menu sarapan dan makan-makannya
- Anak-anak bisa lebih teratur rekreasinya ke beberapa lokasi hiburan perbulannya
- Alhamdulillah bisa investasi 10 Properti online ber PR 3 perbulannya
- Merintis Lapak Offline baru dalam bentuk lembaga privat bimbingan karir dan usaha online
- Beli tiket pesawat ke lombok dan jalan-jalan ke pantai senggigi bareng istri selama satu minggu plus akomodasi yang layak buat berdua
Semoga tips singkat itu bisa bermanfaat dan menstimulasi diri kita lepas dari belenggu sabotase diri terutama bidang finansial. Sebenarnya bisa sih dilebarkan guna sabotase diri yang lain seperti diarahkan meningkatkan kecerdasaan, karir, maupun spiritual. Ganti saja pertanyaannya. Misal bidang spiritual, "Kalau bisa lebihkan dua ribu rupiah sedekah perhari seberapa berkah kehidupan yang akan saya alami?". Banyak lagi lainnya. So ketika sabotase diri memulai, naikan 'kelasmu'.
Sumber Artikel:  Cara Mengatasi SAbotase  Diri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H